Maria Vania Ngaku Suka yang Kasar Saat Berhubungan Seks, Dijambak Hingga Ditampar
- Instagram @maria_vania
Bandung – Masyarakat Indonesia sudah pasti tahu dengan Maria Vania. Artis sekaligus presenter terkenal di tanah air. Memiliki bentuk tubuh yang montok dan seksi membuat kaum adam selalu menantikan apa yang diunggahnya di sosmed.
Baru-baru ini, Maria Vania blak blakan soal kegemarannya tentang berhubungan intim. Perempuan 31 tahun itu rupanya menyukai bila berhubungan seks dengan kasar.
Saat menjadi bintang tamu di konten PODSKUY yang dibawakan oleh Boris Bokir, Maria Vania awalnya bercerita tentang dirinya yang tidak suka nonton konser.
Menurutnya, jika diajak pacarnya nonton konser yang kemungkinan bakal ramai atau bising, ia mengaku langsung menawarkan opsi lain.
"Sayang aku punya sesuatu yang lebih indah dari konser," kata Maria Vania dikutip dari kanal YouTube KUY Entertainment, Jum'at (23/12/2022).
Dalam video di YouTube itu, Boris Bokir langsung paham bahwa tawaran Maria Vania adalah hubungan intim.
"Dijambak, ditampar?" tanya Boris.
Tidak disangka Maria Vania itu menjawab dengan jawaban fantastis.
"Oh I like it (suka banget). Digigit sekalian," jawab Maria Vania sambil tersenyum.
Kemudian, Boris Bokir hanya tertawa mendengar jawaban Maria Vania yang menjurus ke arah vulgar.
Seperti diketahui, keinginan diperlakukan kasar saat berhubungan seksual rupanya dianggap tidak lazim secara psikologis.
Dikutip dari Halodoc, hasrat tersebut disebut juga dengan masokis. Masokis termasuk salah satu bentuk penyimpangan seksual yang dialami seseorang. Masokis masuk ke dalam kategori gangguan seksual kejiwaan yang disebut paraphilias.
Paraphilias merupakan perilaku atau dorongan seksual abnormal, yang ditandai dengan fantasi dan dorongan seksual yang intens yang terus datang kembali.
Agar kepuasan seksual tercapai, pengidap masokis perlu mendapatkan perlakukan kasar, keras, atau dihina oleh pasangannya. Tindakan itu mungkin terbatas pada penghinaan verbal, tapi ada juga yang mungkin melibatkan pemukulan, diikat, dilecehkan, hingga dibuat menderita untuk mencapai klimaks seksual.
Meski begitu, perlu pemeriksaan oleh psikolog maupun psikiater untuk lebih memastikan apakah seseorang benar alami perilaku seksual up normal.