Dokter: Semua Penyakit pada Anak Berisiko Picu Gangguan Ginjal
- Freepik: brgfx
BANDUNG – Baru-baru ini publik dihebohkan oleh kasus gangguan ganjul akut yang memakan banyak korban jiwa pada anak-anak. Di mana penyebabnya karena mengonsumsi obat sirup yang mengandung bahan berbahaya.
Namun faktanya, ternyata tak hanya obat sirup saja yang bisa memicu gangguan ginjal pada anak, semua penyakit yang dialami si kecil disebut bisa berisiko menyebabkan gangguan pada ginjal secara akut.
Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis anak dr Kurniawan Satria Denta, M Sc, Sp.A., dikutip dari VIVA.
Maka dari itu, orang tua patut memantau kondisi ginjal anak yang tengah sakit dengan melihat urine atau air seninya sehingga dapat ditangani dengan cepat.
"Semua penyakit yang diderita anak bisa menyebabkan gangguan ginjal akut. Ketika anak sakit, yang harus dimonitor juga adalah warna kencing, jumlah kencing dan itu yang harus dilaporkan ke dokter untuk mengetahui ringan atau beratnya," ujarnya dalam acara virtual, Combiphar bertajuk Lega! OBH Combi Telah Dinyatakan Aman Sesuai Aturan, baru-baru ini.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada itu menambahkan bahwa gangguan pada ginjal ditandai dengan menurunnya fungsi pada salah satu atau kedua ginjal.
Penyebabnya pun multifaktor sehingga patut dipantau berbagai risiko. Ada saatnya anak yang mengalami trauma atau perdarahan hebat berdampak pada masalah ginjal.
Contoh lainnya, pada anak yang sakit dan kurang minum hingga dehidrasi pun dapat membuat gangguan pada ginjal.
Selain itu, penyakit infeksi, autoimun hingga keracunan seperti dari cemaran di obat sirup, serta riwayat sakit ginjal sebelumnya memberi risiko gangguan ginjal akut lebih rentan.
"Anak dan bayi sangat rentan dehidrasi, minum kurang, tidak kencing, itu bisa merusak ginjal. Infeksi seperti gangguan pernapasan, pneumonia ketika infeksinya menjadi berat punya risiko tinggi menjadi gangguan ginjal akut," tambah doker Denta.
Lebih dalam, GGA sendiri yang dialami anak sebenarnya dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko. Hal paling mudah adalah dengan mencegah dehidrasi melalui asupan cairan yang tepat.
Seperti pada bayi yang harus tercukupi cairan melalui ASI. Serta pada anak balita yang dapat diberikan cairan melalui air minum secara rutin sesuai usia dan berat badannya.
Namun, faktor kebutuhan cairan juga harus merujuk pada situasi suhu dan kelembaban di tempat tinggal anak. Apabila suhu sedang sangat panas, maka kebutuhan cairan seharusnya lebih banyak pada anak yang demam.
"Kalau di Jakarta lagi panas dan anak banyak aktivitas ya harus ditingkatkan cairannya. Kalau anak lagi demam, ya kebutuhan cairannya akan lebih tinggi," ujar dokter Denta.
Orang tua juga dianjurkan memantau kondisi buang air kecil anak ketika sedang sakit untuk mengenali adanya masalah pada ginjal. Dengan begitu, anak dapat terhindari masalah ginjal yang berat atau pun mencegah gangguan di ginjal.
"Tapi sebenarnya jangan seberapa banyak anak minum, tapi juga yang penting seberapa sering anak kencing. Dalam enam jam setidaknya 1-2 kali kencing, kalau kencingnya jernih berarti cukup. Itu yang harus selalu dievaluasi oleh orangtua," tandasnya.(dra)