Penjelasan Diffuse Axonal Injury yang Dialami David Usai Dianiaya Mario Dandy

David saat dijenguk Menteri Agama RI
Sumber :
  • tvOneNews

VIVA BandungDavid korban penganiayaan Mario Dandy Satriyo disebut mengalami Diffuse Axonal Injury (DAI). Hal ini diungkapkan oleh Anggota Bidang Cyber dan Media PP GP Ansor Ahmad Taufiq.

Sebelumnya diketahui, media sosial dihebohkan dengan kasus penganiayaan terhadap David (17) yang merupakan anak salah satu petinggi GP Ansor.

Sedangkan, pelaku penganiayaan itu adalah Mario Dandy Satriyo (20) yang merupakan anak dari pejabat pajak, yakni Rafael Alun Trisambodo.

Kasus penganiayaan dipicu rasa cemburu Mario Dandy Satriyo karena pacarnya berinisial A bercerita soal pengalaman tidak menyenangkan yang dilakukan oleh David.

Lantas apa itu Diffuse Axonal Injury yang dialami oleh David usai dianiaya Mario Dandy? simak berikut penjelasannya.

Dokter bedah tulang, Asa Ibrahim, menulis soal Diffuse Axonal Injury (DAI) melalui utas singkatnya di akun Twitter @asaibrahim.

Dia menjelaskan Diffuse Axonal Injury (DAI) termasuk cedera kepala yang parah. Ini terjadi saat ada benturan benda tumpul yang sangat keras atau high energy injury pada kepala.

"Jadi sistem saraf kita itu punya unit fungsional terkecil yang namanya neuron. Bagiannya ada macam-macam. Pada DAI yang cedera adalah axon-nya, bagian dari sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu sama lain, ada lebih dari 16 miliar neuron di otak kita," jelasnya.

Diffuse Axonal Injury (DAI) tidak terjadi jika tidak ada benturan yang luar biasa keras pada kepala yang menyebabkan puntiran, tarikan atau gerak akselerasi-deselerasi yang berat pada kepala, yang menyebabkan robekan pada axon dalam jumlah yang besar dan acak atau diffuse.

"Otak dan tubuh kita berfungsi saat ada koneksi antar neuron atau saraf yag bermiliar-miliar itu satu sama lain. Kesadaran, gerakan, berpikir, melihat, bicara, emosi, empati dan sebagainya semua karena ada hubungan antar saraf. Kalau axon-nya rusak secara luas, bagaimana dampaknya?," tulis Asa.

"DAI memiliki dampak yang sangat variatif terhadap fungsi otak penderitanya. Semakin luas semakin parah. Semakin berat benturannya semakin parah. Banyak yang bisa hilang kesadaran, sulit berpikir, lumpuh, sulit bicara, emosi tidak stabil, tidak bisa melihat atau mendengar, sulit berpikir dan sebagainya," sambung Asa.

Dia menjelaskan Diffuse Axonal Injury (DAI) berbeda dengan kasus orang patah tulang atau usus robek.

Kasus tersebut bisa diatasi dengan operasi. Namun, berbeda dengan kasus Diffuse Axonal Injury (DAI).

"Dengan oksigen, obat-obatan, pokoknya gimana caranya enggak jadi tambah parah," katanya.

Pada kasus akut atau awal kejadian sampai beberapa hari, target pengobatan yang paling utama adalah mempertahankan kondisi otak dan mencegah kerusakan otak lebih lanjut (secondary brain injury).

Jadi cederanya bukan hanya saat benturan, tapi sangat mungkin setelahnya juga akibat hipoksia atau hipertensi cranial.

"Jika sudah melalui fase akut/awal, penderita sudah membaik dan kesadarannya insyaallah bisa membaik, fokus utama adalah mengembalikan fungsinya dengan proses fisioterapi dan rehabilitasi. Ini tergantung fungsi apa yang kena dan separah apa," ungkapnya. 

Dia melanjutkan terapi yang dilakukan mulai dari belajar lagi menggerakkan tubuh, bicara, berpikir, fungsi sehari-hari seperti belajar makan, pakai baju, buang air dan fungsi sehari-hari lainnya yang sangat mungkin terdampak.

"Tidak lupa juga belajar untuk mengendalikan emosi dan bersikap (karena sangat sering kena juga)," jelasnya.