Healing Mental Jelang Nikah Cegah Stress
- istimewa
BANDUNG - Pernikahan adalah peristiwa sakral saat dua orang yang mempunyai latar belakang berbeda bersatu dalam satu ikatan. Tentu saja hal ini harus didasari dengan cinta, komitmen, dan rasa saling menerima serta menghormati satu sama lain.
Selain mempersiapkan fisik dan materi menjelang pernikahan, hal penting lainnya adalah persiapan mental menghadapi pernikahan. Apa saja yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan mental sebelum menikah?
1. Kontrol emosi diri sendiri
Sangatlah wajar jika calon pasangan hidup Anda memiliki kebiasaan yang mungkin bertolak belakang dengan kebiasaan Anda. Pacaran dalam jangka waktu yang lama bukanlah jaminan untuk dapat memahami keinginan dan kebutuhan secara mendalam.
Oleh karena itu, salah satu persiapan mental pernikahan yang penting adalah mengenali tingkat emosi pasangan dan tingkat emosi diri Anda sendiri. Ini akan membantu Anda agar tidak terpancing untuk saling membalas jika terjadi suatu konflik.
2. Bangun komunikasi intens
Memiliki komunikasi yang baik dan saling terbuka merupakan persiapan mental pernikahan yang esensial. Komunikasi tidak harus dilakukan secara verbal, melainkan juga melalui sentuhan, senyuman, lelucon, komentar, atau keinginan saling mendengarkan dan mendukung satu sama lain.
Komunikasi yang lebih penting bukanlah sekadar menanyakan apa hobinya atau apa makanan kesukaannya, tetapi juga mengenali kebutuhan emosionalnya. Jadi, usahakan untuk selalu berkomunikasi sebaik-baiknya dengan menggunakan hati. Selain itu, Anda juga jangan terlalu banyak mengeluh pada calon pendamping hidup Anda.
3. Kembangkan kemampuan untuk mengatasi konflik
Setiap individu yang hidup pasti memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Sering kali pasangan masih memiliki ego yang tinggi dan tidak mau mengalah karena menganggap bahwa cara dia mengatasi masalah adalah yang paling baik.
Persiapan mental sebelum pernikahan harus memperhatikan ada atau tidaknya kemampuan untuk mengatasi konflik yang mungkin terjadi. Ini diperlukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Semua hal awalnya diselesaikan dan dipikirkan sesuai dengan cara ‘Anda dan dia’. Namun, saat menikah semuanya harus berakhir dengan cara ‘kami’.
Artinya, jika semula keputusan didasarkan keinginan masing - masing individu, ketika sudah menikah keputusan harus dilakukan berdasarkan keinginan bersama.
4. Berorientasi untuk belajar
Terlalu banyak berpikiran negatif akan membuat Anda curiga dan tidak percaya pada pasangan. Padahal, semua kecurigaan tersebut belum tentu ada dasarnya. Rasa tak percaya ini bisa menjadi cikal-bakal kehancuran rumah tangga.
Selain berpikir positif saat sudah menikah, cobalah juga untuk mengapresiasi pasangan Anda dan merespons keberhasilan ataupun kegagalan pasangan Anda dengan memandang bahwa hal tersebut adalah suatu proses pembelajaran diri. Keinginan untuk belajar dari kesalahan agar dapat menjadi lebih baik merupakan persiapan mental pernikahan yang wajib dilakukan.
5. Motivasi membuat pernikahan berhasil
Persiapan mental menghadapi pernikahan yang perlu disadari kedua belah pihak adalah pernikahan merupakan proses yang perlu diusahakan. Memang benar pernikahan diawali dengan cinta, tapi perlu usaha dan motivasi terus-menerus untuk membuat cinta tetap membara. Dengan begitu, Anda akan memiliki hubungan suami istri yang baik hingga kakek nenek.
Pernikahan tidak bisa berjalan secara ‘auto pilot’. Jadi, cobalah rencanakan hal-hal yang membuat hubungan Anda selalu dekat, misalnya komitmen untuk berkencan berduaan sebulan sekali.
Beberapa isu sensitif sebaiknya mulai dibicarakan sejak masa pacaran. Ini dilakukan untuk mencari tahu apakah Anda dan pasangan sepaham atau tidak mengenai isu tersebut. Kalaupun berbeda pandangan, apakah dapat menemukan solusi atau tidak.
Persiapan mental menjelang pernikahan ini penting, walaupun sering kali dipenuhi kecanggungan karena sering menjadi sumber konflik pasangan suami istri. (Irv)