Waspada! Begini Gejala Keracunan Makanan yang Umum Terjadi
- Pexels
BANDUNG – Keracunan makanan adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya mual, muntah, atau diare setelah mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi. Kontaminasi tersebut dapat disebabkan oleh kuman atau racun yang masuk ke dalam makanan.
Keracunan makanan tentu memiliki beberapa gejala. Gejala yang muncul bisa persis setelah makan hingga tiga hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi racun tersebut. Gejala umum yang biasanya ditunjukkan adalah sebagai berikut:
Karena ada banyak jenis organisme yang dapat menyebabkan keracunan makanan, gejala dan tingkat keparahannya dapat bervariasi. Selain itu, jeda waktu antara makan dan munculnya gejala keracunan makanan pada masing-masing orang juga dapat berlainan, yakni bisa beberapa jam hingga beberapa hari. Nah, berikut beberapa gejala keracunan makanan yang dilansir dari beberapa sumber:
1. Sakit Perut
Sakit perut merupakan gejala umum jika kamu keracunan makanan. Kamu akan merasakan bagian perut di bawah tulang rusuk dan di atas panggul terasa nyeri. Ini dipicu karena adanya patogen yang menghasilkan racun dan membuat lapisan lambung dan usus iritasi.
2. Diare
Diare adalah kondisi ketika penderitanya menjadi sering buang air besar (BAB), setidaknya lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan kondisi tinja yang encer. Diare bisa terjadi karena peradangan membuat usus kurang efektif dalam menyerap kembali air dan cairan lain yang dikeluarkannya selama pencernaan.
3. Muntah
Ini terjadi ketika otot perut dan diafragma berkontraksi dengan kuat, memaksa kamu untuk tanpa sadar mengeluarkan isi perut dan mengeluarkannya melalui mulut. Muntah adalah mekanisme perlindungan yang terjadi saat tubuh kamu mencoba menyingkirkan organisme berbahaya atau racun yang dideteksi sebagai bahaya.
4. Nafsu Makan Hilang
Orang yang mengalami keracunan makanan biasanya juga akan kehilangan nafsu makan. Nafsu makan yang hilang ini disebabkan oleh saluran pencernaan yang terasa tidak enak dan juga rasa mual. Bahkan makanan tidak bisa masuk ke mulut karena mual terus-terusan sehingga makanan terasa ingin dimuntahkan.
5. Demam
Zat penghasil demam yang disebut pirogen memicu kenaikan suhu. Pirogen ini dilepaskan oleh sistem kekebalan atau bakteri infeksius yang telah memasuki tubuh. Pirogen menyebabkan demam dengan mengirimkan pesan yang mengelabui otak dengan berpikir bahwa tubuh lebih dingin dari itu.
Reaksi ini membuat tubuh menghasilkan lebih banyak panas dan kehilangan lebih sedikit panas, sehingga terjadinya demam atau suhu tubuh naik. Peningkatan suhu ini berguna untuk meningkatkan aktivitas sel darah putih, yang membantu kamu melawan infeksi.
6. Sakit Kepala
Kamu bisa sangat rentan mengalami sakit kepala jika memiliki keluhan muntah dan diare akibat keracunan makanan karena keduanya meningkatkan risiko dehidrasi. Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, dehidrasi akibat keracunan makanan dapat mempengaruhi otak secara langsung, menyebabkannya kehilangan cairan, dan menyusut untuk sementara waktu.
7. Nyeri Otot
Otot bisa terasa sakit saat kamu terkena infeksi seperti keracunan makanan. Kondisi ini bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh telah diaktifkan hingga menyebabkan peradangan. Selama proses ini, tubuh akan melepaskan histamin, bahan kimia yang membantu memperlebar pembuluh darah agar lebih banyak sel darah putih bisa melewati untuk melawan infeksi.
8. Mengigil
Ketika terjadi demam, maka biasanya akan disertai dengan kondisi tubuh yang menggigil. Ini merupakan reaksi otot yang berkontraksi lebih cepat dan menghasilkan panas. Menggigil ini juga dipengaruhi oleh senyawa pirogen yang ada dalam tubuh yang menyebabkan tubuh mengalami demam.
Nah, demikian ulasan mengenai gejala keracunan makanan, Membuat dan mengkonsumsi makanan dengan bersih dan sehat menjadi cara mencegah keracunan makanan yang paling efektif. Selain itu, jenis makanan tertentu yang belum dipastikan keamanannya juga sebaiknya dihindari.
Apabila gejala dialami terus menerus hingga menyebabkan kondisi tubuh semakin buruk, ada baiknya kamu segera ke dokter untuk mengetahui cara penyembuhannya yang aman.(dra)