Sejarah Bubur Suro 10 Muharram, Penetrasi Budaya Islam di Indonesia

Bubur.
Sumber :
  • pinterest

Bandung - Sebagian umat Islam di Tanah Air memiliki tradisi unik di setiap tanggal 10 Muharram, yaitu membuat bubur suro.

Biasanya, di malam hari pada tanggal 10 Muharram, bubur Suro tersebut akan dikirim ke masjid-masjid untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk sedekah. 

Lalu, bagaimana sih sejarah bubur suro 10 Muharram?

Resep Bubur Ketan Hitam Yang Enak dan Bergizi

Photo :
  • Viva Group

 

Dikutip VIVA Bandung dari laman NU Online, Selasa 16 Juli 2024, bubur suro diambil dari kata Asyuro,  yaitu bubur yang komposisinya dari berbagai macam biji-bijian, mulai dari beras putih, beras merah, kacang hijau dan beberapa lagi jenis biji-bijian yang kemudian diolah menjadi bubur untuk dibagikan kepada anak yatim, masyarakat miskin, atau warga sekitar yang tengah melakukan puasa.

Tradisi ini merupakan penetrasi budaya dalam syariat islam.

Jika biasanya umat Muslim pada setiap tanggal 10 Muharram menaikan semangat untuk bersedekah, berbuat baik atau menyantuni anak yatim, maka membuat bubur merupakan penetrasi dari hal itu.

Jika ditelusuri dari kacamata sejarah, tradisi ini memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi pada zaman Nabi Nuh AS. 

Keterangan ini bisa dilihat dalam kitab I’anah Thalibin karya Abu Bakr Syata al-Dimyati juz 2/267 disebutkan:

قَوْلُهُ: وَأَخْرَجَ نُوْحًا مِنَ السَّفِيْنَةِ وَذَلِكَ أَنَّ نُوْحًا - عَلَيْهِ السَّلَامُ - لَمَّا نَزَلَ مِنَ السَّفِيْنَةِ هُوَ وَمَنْ مَعَهُ: شَكَوْا اَلْجُوْعَ، وَقَدْ فَرَغَتْ أَزْوَادُهُمْ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَأْتُوْا بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ، فَجَاءَ هَذَا بِكَفِّ حِنْطَةٍ، وَهَذَا بِكَفِّ عَدَسٍ، وَهَذَا بِكَفِّ فُوْلٍ، وَهَذَا بِكَفِّ حِمَّصٍ إِلَى أَنْ بَلَغَتْ سَبْعَ حُبُوْبٍ - وَكَانَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ - فَسَمَّى نُوْحٌ عَلَيْهَا وَطَبَخَهَا لَهُمْ، فَأَكَلُوْا جَمِيْعًا وَشَبِعُوْا، بِبَرَكَاتِ نُوْحٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Artinya: Allah mengeluarkan Nabi Nuh dari perahu. Kisahnya sebagai berikut: sesungguhnya Nabi Nuh ketika berlabuh dan turun dari kapal, beliau bersama orang-orang yang menyertainya, mereka merasa lapar sedangkan perbekalan mereka sudah habis. Lalu Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan sisa-sisa perbekalan mereka. Maka, secara serentak mereka mengumpulkan sisa-sisa perbekalannya; ada yang membawa dua genggam biji gandum, ada yang membawa biji adas, ada yang membawa biji kacang ful,ada yang membawa biji himmash (kacang putih), sehingga terkumpul 7 (tujuh) macam biji-bijian. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Asyura.

Selanjutnya Nabi Nuh membaca basmalah pada biji-bijian yang sudah terkumpul itu, lalu beliau memasaknya, setelah matang mereka menyantapnya bersama-sama sehingga semuanya kenyang dengan lantaran berkah Nabi Nuh.

Begitu kira-kira sejarah bubur suro 10 Muharra

Bandung - Sebagian umat Islam di Tanah Air memiliki tradisi unik di setiap tanggal 10 Muharram, yaitu membuat bubur suro.

Biasanya, di malam hari pada tanggal 10 Muharram, bubur Suro tersebut akan dikirim ke masjid-masjid untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk sedekah. 

Lalu, bagaimana sih sejarah bubur suro 10 Muharram?

Resep Bubur Ketan Hitam Yang Enak dan Bergizi

Photo :
  • Viva Group

 

Dikutip VIVA Bandung dari laman NU Online, Selasa 16 Juli 2024, bubur suro diambil dari kata Asyuro,  yaitu bubur yang komposisinya dari berbagai macam biji-bijian, mulai dari beras putih, beras merah, kacang hijau dan beberapa lagi jenis biji-bijian yang kemudian diolah menjadi bubur untuk dibagikan kepada anak yatim, masyarakat miskin, atau warga sekitar yang tengah melakukan puasa.

Tradisi ini merupakan penetrasi budaya dalam syariat islam.

Jika biasanya umat Muslim pada setiap tanggal 10 Muharram menaikan semangat untuk bersedekah, berbuat baik atau menyantuni anak yatim, maka membuat bubur merupakan penetrasi dari hal itu.

Jika ditelusuri dari kacamata sejarah, tradisi ini memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi pada zaman Nabi Nuh AS. 

Keterangan ini bisa dilihat dalam kitab I’anah Thalibin karya Abu Bakr Syata al-Dimyati juz 2/267 disebutkan:

قَوْلُهُ: وَأَخْرَجَ نُوْحًا مِنَ السَّفِيْنَةِ وَذَلِكَ أَنَّ نُوْحًا - عَلَيْهِ السَّلَامُ - لَمَّا نَزَلَ مِنَ السَّفِيْنَةِ هُوَ وَمَنْ مَعَهُ: شَكَوْا اَلْجُوْعَ، وَقَدْ فَرَغَتْ أَزْوَادُهُمْ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَأْتُوْا بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ، فَجَاءَ هَذَا بِكَفِّ حِنْطَةٍ، وَهَذَا بِكَفِّ عَدَسٍ، وَهَذَا بِكَفِّ فُوْلٍ، وَهَذَا بِكَفِّ حِمَّصٍ إِلَى أَنْ بَلَغَتْ سَبْعَ حُبُوْبٍ - وَكَانَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ - فَسَمَّى نُوْحٌ عَلَيْهَا وَطَبَخَهَا لَهُمْ، فَأَكَلُوْا جَمِيْعًا وَشَبِعُوْا، بِبَرَكَاتِ نُوْحٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Artinya: Allah mengeluarkan Nabi Nuh dari perahu. Kisahnya sebagai berikut: sesungguhnya Nabi Nuh ketika berlabuh dan turun dari kapal, beliau bersama orang-orang yang menyertainya, mereka merasa lapar sedangkan perbekalan mereka sudah habis. Lalu Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan sisa-sisa perbekalan mereka. Maka, secara serentak mereka mengumpulkan sisa-sisa perbekalannya; ada yang membawa dua genggam biji gandum, ada yang membawa biji adas, ada yang membawa biji kacang ful,ada yang membawa biji himmash (kacang putih), sehingga terkumpul 7 (tujuh) macam biji-bijian. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Asyura.

Selanjutnya Nabi Nuh membaca basmalah pada biji-bijian yang sudah terkumpul itu, lalu beliau memasaknya, setelah matang mereka menyantapnya bersama-sama sehingga semuanya kenyang dengan lantaran berkah Nabi Nuh.

Begitu kira-kira sejarah bubur suro 10 Muharra