Istilah Generasi Z, Mudah Rapuh Seperti Strawberry

Ilustrasi Generasi Z Rapuh Seperti Strawberry
Sumber :
  • Pinterest

VIVABandung – Para ahli menyoroti karakteristik unik Generasi Z yang sering disebut sebagai "generasi strawberry" - terlihat indah namun rapuh di dalam.

Fenomena ini dibahas dalam sebuah podcast Youtube Channel Tvrikaltengberita antara Psikolog, Sarah Malahayati, S. Psi., M. Psi., dan guru BK SMA Negeri 5 Palangkaraya, Hatmawaty. S.Pd.

Menurut Sarah Malahayati, Generasi Z terbentuk dari perkembangan digital yang sangat pesat.

"Mereka terbentuk dari perkembangan digital yang sudah cukup canggih. Informasi banyak masuk melalui gadget yang mereka pegang setiap hari," jelas Sarah Malahayati.

Karakteristik utama Generasi Z adalah keinginan serba instan dan pragmatis. Mereka cenderung menghindari proses yang rumit dan lebih memilih cara yang simpel.

"Mereka tidak senang proses, lebih pengin cepat instan," ungkap Sarah Malahayati.

Hatmawaty menambahkan bahwa di lingkungan sekolah, bullying verbal menjadi masalah yang sering ditemui.

Menurutnya, pelaku seringkali tidak sadar telah melakukan bullying. Pihak sekolah menangani kasus ini dengan pendekatan pembimbingan, bukan punishment.

 

Ilustrasi Gen Z Kurang Empati

Photo :
  • Pinterest

 

Hatmawaty dan Sarah Malahayati, mengidentifikasi kurangnya empati sebagai salah satu tantangan utama.

"Yang perlu dikembangkan adalah bagaimana kita mengembangkan empati pada anak. Itu yang sangat kurang sekarang," tegas Sarah Malahayati.

Untuk mengatasi hal ini, orang tua dianjurkan meluangkan minimal 30 menit setiap hari untuk berkomunikasi dengan anak. Waktu berkualitas ini penting untuk menanamkan nilai-nilai dan mengembangkan empati.

Teknologi juga berperan besar dalam membentuk karakteristik generasi ini. Meski memudahkan akses informasi, penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengurangi interaksi fisik dan kemampuan bersosialisasi.

Sarah Malahayati menekankan pentingnya peran orang tua dalam memberikan batasan penggunaan teknologi.

"Jangan pernah menganggap anak-anak itu tahu sebenarnya mana yang baik mana yang buruk. Tugasnya kita orang tua tetap harus memberikan batasan," tegas Sarah Malahayati.****