Anak Memilih-Milih Teman di Sekolah? Ternyata Ada Masalah Tersembunyi

Ilustrasi Anak Bermain Bersama
Sumber :
  • Pinterest

VIVABandung – Fenomena anak yang pilih-pilih teman di sekolah sering dianggap sepele oleh orang tua. Padahal, hal ini bisa menjadi tanda adanya masalah yang lebih dalam.

Psikolog Klinis, Pritta Tyas Mangestuti, M. Psi., dalam Channel Youtube Parentalk mengungkapkan bahwa perilaku selektif dalam memilih teman pada anak usia 5-8 tahun sebenarnya merupakan bagian dari perkembangan sosial mereka.

"Mulai dari usia 5 tahun, anak mulai bisa membedakan nyaman tidak nyaman. Mereka juga mulai memperhitungkan penilaian dari teman dan guru lebih dari penilaian orang tua," jelas Pritta Tyas Mangestuti.

Meski demikian, orang tua tetap perlu waspada ketika melihat anak terlalu selektif dalam berteman. Hal ini bisa menandakan adanya masalah yang sudah berlangsung lama

"Intinya mau itu pelaku bully, mau itu korban bully semua itu pasti ada masalah di belakang anak ini yang mungkin masalahnya nggak terjadi sebulan atau dua bulan tapi bisa 3 sampai 5 tahun ke belakang," tegas Pritta Tyas Mangestuti.

 

Ilustrasi Bullying

Photo :
  • Pinterest

 

Pritta Tyas Mangestuti menekankan pentingnya membedakan antara konflik pertemanan biasa dengan perilaku bullying. Konflik terjadi ketika kedua pihak memiliki power yang seimbang.

Berbeda dengan bullying di mana ada ketidakseimbangan kekuatan.

"Kalau bully salah satu pihak powernya lebih besar, yang satu mempersepsikan dirinya tidak punya power," jelas Pritta Tyas Mangestuti.

Orang tua sering kali bingung sejauh mana harus terlibat dalam dinamika pertemanan anak. Prita menyarankan untuk terlibat sejak tahap pencarian data.

Komunikasi dengan pihak sekolah menjadi kunci. Orang tua perlu menanyakan bagaimana perilaku anak di sekolah tanpa bermaksud menyalahkan pihak manapun.

"Miss dia di sekolah tuh mainnya sama siapa? Kalau dia dikomentarin gini sama temannya dia gimana? Dia cenderung diam kah atau malu-malu?" contoh pertanyaan yang bisa diajukan ke guru jelas Pritta Tyas Mangestuti.

Pritta Tyas Mangestuti mengingatkan bahwa penyelesaian masalah pertemanan anak membutuhkan proses panjang. Orang tua perlu bersabar dan fokus pada prosesnya.

Yang terpenting adalah tidak menyepelekan masalah pertemanan anak.

"Parents jangan pernah nyepelein deh karena di kita cuman kelihatannya pilih-pilih teman nge-geng," kata Pritta Tyas Mangestuti.

Orang tua perlu memahami karakter anak mereka. Setiap anak memiliki kepribadian berbeda yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi.

Melakukan refleksi diri sebagai orang tua juga penting. Value dan pengalaman masa lalu orang tua bisa mempengaruhi cara merespons masalah anak.

Pritta Tyas Mangestuti menyarankan orang tua untuk dekat dengan anak dan mendorong mereka bercerita. Orang tua perlu mencari tahu lebih dalam tentang dinamika pertemanan anak.

Pritta Tyas Mangestuti juga menekankan pentingnya memberikan ruang bagi anak untuk memilih teman. Namun tetap perlu diarahkan agar tidak menyakiti perasaan teman lain.

Membangun komunikasi yang baik dengan orang tua murid lain juga membantu memahami situasi secara lebih lengkap.

Semua upaya yang dilakukan orang tua merupakan investasi jangka panjang. Meski tidak menjamin anak bebas masalah di masa remaja, setidaknya bisa meminimalisir risiko.****