Anak Belum Bisa Bicara di Usia 2 Tahun? Waspada Speech Delay

Ilustrasi Speech Delay
Sumber :
  • Pinterest

VIVABandung – Setiap orang tua tentu menantikan momen ketika buah hati mulai mengucapkan kata-kata pertamanya. Namun, bagaimana jika perkembangan bicara anak tidak sesuai dengan usianya?

Dokter Spesialis Anak, dr. Dimple Nagrani, Sp.A, dalam Channel Youtube HappyKids Parenting mengidentifikasi dua jenis keterlambatan bicara atau speech delay yang perlu diwaspadai orang tua.

Pemahaman tentang kedua jenis ini sangat penting untuk penanganan yang tepat.

Jenis pertama adalah keterlambatan bicara reseptif. Kondisi ini terjadi ketika anak kesulitan memahami instruksi yang diberikan.

"Keterlambatan bicara reseptif berarti anak tidak bisa memahami instruksi. Reseptif artinya menerima informasi, lalu informasi itu diproses di otak dan dia akhirnya tahu apa yang harus dilakukan sesuai instruksi yang kita berikan," jelas dr. Dimple Nagrani.

Keterlambatan bicara reseptif tergolong jarang ditemui. Kebanyakan anak masih bisa memahami instruksi sederhana dari orang tua.

Misalnya, ketika diminta mengambil sepatu atau botol minum, anak langsung bisa melakukannya. Ini menandakan tidak ada masalah dengan kemampuan reseptifnya.

 

Ilustrasi Speech Delay

Photo :
  • Pinterest

 

Jenis kedua adalah keterlambatan bicara ekspresif. Kondisi ini lebih sering dijumpai pada anak-anak.

Pada keterlambatan bicara ekspresif, anak sebenarnya memahami maksud orang lain. Namun, ia kesulitan mengungkapkan keinginannya dalam bentuk kata-kata.

Perkembangan bicara ekspresif memiliki tahapan sesuai usia. Orang tua bisa memantau kemampuan bicara anak berdasarkan tabel perkembangan yang ada.

"Jika anak kita sudah di atas 2 tahun dan masih belum bisa berbicara dengan jelas, sangat mungkin anak kita membutuhkan terapi wicara," ungkap dr. Dimple Nagrani.

Penanganan dini sangat penting untuk mencegah dampak lanjutan. Anak yang mengalami keterlambatan bicara cenderung lebih mudah tantrum.

Hal ini terjadi karena mereka frustasi. Mereka sudah berusaha berkomunikasi namun orang tua tidak memahami maksudnya karena yang keluar hanya celotehan tidak jelas.

Screen time atau waktu yang dihabiskan di depan layar gadget menjadi salah satu penyebab keterlambatan bicara ekspresif. Mengapa demikian?

Karena screen time tidak memberikan kesempatan anak untuk melakukan percakapan dua arah. Anak hanya menerima informasi secara pasif.

"Mereka memahami dan menyerap semua informasi yang didapat dari screen time. Anak-anak kita paham mana warna merah, mana warna biru, mana warna hijau," jelas dr. Dimple Nagrani.

Ketika ditanya sambil menunjuk warna tertentu, anak bisa menunjukkannya. Namun, ia kesulitan menyebutkan nama warnanya karena mengalami keterlambatan bicara ekspresif.

Orang tua perlu waspada jika melihat tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak. Konsultasi dengan dokter anak menjadi langkah awal yang tepat.

Terapi wicara bisa menjadi solusi efektif untuk membantu perkembangan bicara anak. Semakin dini ditangani, hasilnya akan semakin optimal.

Dukungan dan stimulus yang tepat dari orang tua juga berperan penting. Kurangi screen time dan perbanyak interaksi langsung dengan anak.****