Huntara Jannati, Hunian Sementara untuk Warga Terdampak Gempa Cianjur

Peresmian Huntara Jannati
Sumber :
  • Istimewa

Bandung – Dewa Eka Prayoya Foundation (DeEP-F) membangun hunian sementara bagi warga terdampak bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hunian sementara itu diberi nama Layanan Surgawi atau Huntara Jannati.

Selain hunian sementara itu, warga terdampak juga mendapatkan fasilitas lainnya, seperti makanan siap saji, bimbingan keimanan, bahkan hingga bantuan pemberdayaan ekonomi agar mereka kembali pulih seperti sedia kala. 

Saat ini, Huntara Jannati telah didirikan dua unit di Kavling Babakan Asri, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Diketahui hunian sementara ini hasil dari kerja sama DeEP-F bersama Muhsinin Club dan Selamatkan Indonesia serta Al-Quran (SIDAQ).

Peresmian Huntara Jannati tahap pertama itu dipimpin langsung oleh Founder DeEP-F, Rendy Saputra dan ditandai dengan pembacaan surat Al Fatihah serta doa bersama, Minggu, 27 November 2022.

"Di Huntara ini ada empat fasilitas besar yang kami berikan. Ada hunian, makanan, penguatan keimanan, hingga keilmuan dakwah serta pemberdayaan ekonomi sebagai wujud recovery korban gempa Cianjur," tutur Rendy seusai peresmian.

Rendy menjelaskan, para korban gempa Cianjur akan menempati Huntara Jannati setidaknya selama satu tahun. Dalam setahun itu mereka akan mendapatkan empat fasilitas hingga mampu kembali hidup mandiri dan menata kehidupannya.

"Ketika bencana terjadi semua entitas ini bergerak, maka tidak ada bantuan yang salah, semua benar. Tapi dari semua itu, kami coba memilih yang kira-kira ada ruang yang belum diisi kawan kawan karena makanan atau pakaian berlimpah. Kenapa kami bangun Huntara? Kan konsepnya hunia sementara, konsepnya satu tahun karena kami yakin recovery gak akan cepat," tutur Rendy.

Menurut Rendy, karena bakal ditinggali cukup lama, Huntara Jannati juga dibangun secara permanen menggunakan material yang relatif tahan terhadap gempa susulan seperti penggunaan baja ringan dan papan GRC untuk dindingnya.

"Tanahnya juga kami plester serta atapnya memakai spandek. Sehingga dari sisi kesehatan pun, insya Allah Huntara Jannati menjadi hunian yang sehat," ujarnya.

Nantinya, lanjut Rendy, setiap pengungsi yang akan tinggal di Huntara Jannati akan diverifikasi dan mendapatkan kartu. Lewat kartu tersebut, tim pemberdayaan kemudian akan melakukan verifikasi dalam upaya pemulihan ekonomi.

"Kita cek jalur pekerjaannya. Kalau bertani di mana misalnya, apakah dia bisa recovery atau ada bantuan pemerintah. Jadi, targetnya itu dia betul-betul bisa mandiri lagi, kembali ke kediamannya dan bisa melanjutkan hidup," jelas Rendy.

Disinggung soal syarat untuk bisa menghuni Huntara Jannati, Rendy menyebutkan bahwa salah satu syarat calon penghuni adalah korban gempa Cianjur yang rumahnya rusak berat atau roboh serta tinggal di sekitar lokasi Huntara Jannati.

"Dengan ukuran 10x10 meter, maka satu Huntara ini nantinya kira-kira bisa menampung sebanyak 80 orang," sebut Rendy seraya mengatakan bahwa pembangunan satu unit Huntara Jannati hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hari dan biaya sebesar Rp80 juta.

Founder DeEP-F, Rendy Saputra

Photo :
  • Istimewa

Lebih lanjut Rendy mengatakan, salah satu tantangan jika terjadi bencana di Indonesia adalah mengharmonisasikan program. Dia mencontohkan isu kekurangan kain kafan bagi korban gempa Cianjur yang sempat viral baru-baru ini, sedangkan di beberapa posko bantuan justru berlebih. Menurutnya, hal itu tidak bisa dihindari karena penanganan pengungsi tidak dikelola secara cluster society.

"Seharusnya, pengungsi itu dibagi per klaster. Jadi gini misalnya, DeEP Foundation ditugaskan mengurusi 300 (pengungsi). Berapa warga terdampak? Misalnya 6.000, itu gampang, berarti tinggal bangun 20 kawasan (Huntara Jannati). Misalnya lembaga zakat ini satu kawasan, lembaga lain kawasan lain. Kita tanggung jawab bersama, tanggung jawab makanannya, huniannya, pendidikannya hingga tanggung jawab ekonominya sampai dia pulih kembali," paparnya.

"Sekarang yang terjadi kan ingin ada bombastis bagi donatur. Bantuan untuk 10.000 pengungsi, tapi bantuan apa dulu? Kalau cuma untuk makan dia sekali, ini gimana kita revive-nya? Jadi, kalau bikin program yang beres, yang mendalam, yang konsisten," sambung Rendy menegaskan.

Rendy juga menegaskan, pihaknya tidak ingin bantuan yang diberikan DeEP-F hanya sebatas selebrasi dan numpang logo lantas pergi begitu saja ketika masa tanggap darurat selesai. Oleh karenanya, pihaknya lebih memilih memberikan bantuan jangka panjang hingga masa recovery selesai.

"Maka kami minta maaf karena gak semua daerah (bisa mendapatkan fasilitas Huntara Jannati). Kita saat ini bangun dua kawasan, di sini Cugenang dan di Ponpes An-Nahl. Untuk di Ponpes An-Nahl itu unlimited karena ada lahan 5 hektare yang akan dipakai, nanti nampak Huntara akan tumbuh di sana," katanya.

Dalam pengelolaan Huntara Jannati, pihaknya memiliki sejumlah divisi yang memiliki tanggung jawab masing-masing, mulai divisi aset dan logistik untuk memastikan bantuan Huntara Jannati bermanfaat dalam jangka panjang hingga divisi pendataan yang bertanggung jawab terhadap verifikasi penghuni hingga mereka dinilai layak meninggalkan Huntara Jannati.

Divisi lainnya adalah ketakmiran dan kemasjidan yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan keimanan bagi para pengungsi. Sehingga, saat meninggalkan Huntara Jannati, mereka mampu mengaplikasikan ilmu agama yang telah diperolehnya selama tinggal di Huntara Jannati.

"Jadi, dalam syariat, wakaf itu bukan hanya masjid. Sesuatu yang dipakai jangka panjang dan tidak habis itu wakaf, makanya nyebutnya wakaf Huntara karena bisa dipakai terus," terangnya.

"Makanya saya berharap, kalau Pertamina (membantu) 1 (Huntara), PLN 1, hanya Rp80 juta. Satu pengusaha bisa 1 Huntara, Rp80 juta itu 1 tas mewah. 1 Huntara cuma Rp80 juta dan bermanfaat bagi 80 juta jiwa. Berarti berwakaf Rp1 juta untuk seorang untuk hidup satu tahun, tapi retail Rp1 juta ini kan lama, kita perlu cepat, makanya kerjanya corporate dan person to person," lanjutnya.

Tak sampai di sana, tambah Rendy, Huntara Jannati ke depan akan dijadikan pilot project oleh organisasi kemanusiaan yang juga didirikan oleh Dewa Eka Prayoga yang dikenal sebagai pebisnis ulung dengan julukan Dewa Selling itu. Sehingga, ketika terjadi gempa atau bencana, pihaknya sudah memiliki gambaran hunian yang tepat untuk dibangun.

"Mudah-mudahan Huntara ini bisa jadi template DeEP-F. Karena kalau mau dipakai sementara gampang dibongkar kembali, tahan angin, air, kedap suara serta lebih sehat dan sanitasi untuk pengungsi," tandasnya.

Sementara itu, perwakilan Muhsinin Club, Muhammad Catur Gunandi mengatakan, pihaknya senang bisa berkolaborasi dengan DeEP-F dalam membantu korban gempa Cianjur. Terlebih, pihaknya memang memilih program bantuan jangka panjang dan tidak hanya hit and run.

"Terkait dengan transparansi, yang kami senangi di sini kaidahnya kepedulian bukan berapa besarnya. Saya yakin semua mampu, tapi diajari kepeduliannya. Itu yang memotivasi kami untuk terus bersama-sama dengan DeEP Foundation, setiap program-programnya insya Allah kita dukung," kata Catur.

Karenannya, kata Catur, Muhsinin Club yang beranggotakan sekitar 106 pengusaha muslim ini juga mengajak para donatur yang ingin membantu korban gempa Cianjur dan masih ragu menyalurkannya, bisa menitipkannya ke DeEP-F.

"DeEP Foundation ini adalah satu entitas yang bisa kita percaya, amanah dan semoga Allah selalu menjaga," ujarnya.

Dia pun berharap, para donatur menyambut baik ide kepedulian untuk membantu warga Cianjur yang terdampak gempa mengingat mereka sangat membutuhkan hunian yang layak, aman, dan sehat.

"Semoga ide ini disambut baik oleh berbagai entitas, termasuk entitas dalam circle saya. Akan saya bawa untuk menjadi ide dan turut membangun Huntara-Huntara di tempat yang membutuhkan," ucap Catur.

Korlap SIDAQ Solidarity, Ibrahim Wahid menambahkan, sebagai pengusung gerakan sedekah untuk 25 tahfidz Al-Quran di seluruh Indonesia, pihaknya sangat mendukung hadirnya Huntara Jannati yang digagas DeEP-F.

"Tentunya para donatur SIDAQ juga senang dengan wakaf ini karena pahalanya terus mengalir," ujar Ibrahim yang mengaku telah menyosialisasilan Huntara Jannati pada donatur-donatur SIDAQ di seluruh Indonesia.

Menurut Ibrahim, dalam kolaborasi dengan DeEP-F ini, pihaknya lebih banyak melakukan afiliasi program untuk mendekatkan para penghuni Huntara Jannati dengan Al-Quran.

"Semisal, setiap bada salat yang jangka waktunya pendek, kita adakan kajian Al-Quran yang tentunya menyesuaikan dengan kondisi saat ini dan nanti juga ada wakaf Al-Quran. Donatur SIDAQ sangat merespons baik," katanya.