Pascalibur Lebaran, IHSG Bank Raksasa Anjlok Berjamaah, Ini Datanya
- istimewa
BANDUNG – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka jeblok lebih dari 3 persen pagi tadi pada perdagangan perdana bulan Mei pasca libur panjang Lebaran.
Pada pukul 10.06 WIB, IHSG terpantau makin anjlok melanjutkan koreksinya hingga 4,01% ke level 6.938,78 jebol ke bawah level psikologis 7.000.
Pelemahan hari ini disebabkan oleh banyaknya emiten raksasa yang mengalami auto reject bawah (ARB).
Beberapa emiten yang mengalami ARB termasuk Astra Internasional (ASII) dan duo emiten teknologi mantan start up, Goto Gojek Tokopedia (GOTO) dan Bukalapak.com (BUKA).
Selain itu pukulan dalam juga dirasakan oleh emiten perbankan, yang ramai-ramai bergerak di zona merah pada perdagangan pertama setelah libur lebaran ini.
Hingga pukul 10.30, tujuh emiten bank besar mantan konstituen bank buku IV tercatat melemah signifikan.
Pelemahan dipimpin oleh Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan koreksi terkecil dialami oleh Bank Permata (BNLI).
Berikut secara lengkap daftar pelemahan bank raksasa RI pada perdagangan pagi ini:
Pertama ada saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang harganya drop 6,57 persen dan berada di Rp 4.550/unit.
Di posisi kedua ada saham Bank Mandiri (BMRI) yang anjlok 5,87 persen dan harganya berada di Rp 8.425/unit.
Di posisi ketiga ada Bank Negara Indonesia (BBNI) yang harganya drop 5,42 persen dan berada di Rp 8.725/unit.
Di posisi keempat ada saham saham Bank Central Asia (BBCA) yang harganya drop 5,23 persen dan berada di Rp 7.700/unit.
Di posisi kelima ada saham Bank Pan Indonesia (PNBP) yang harganya drop 4,46 persen dan berada di Rp 945/unit.
Di posisi keenam ada saham Bank Danamon (BDMN) yang harganya drop 2,45 persen dan berada di Rp 2.390/unit.
Dan terakhir di posisi ketujuh ada saham Bank Permata (BNLI) yang harganya drop 1,63 persen dan berada di Rp 1.210/unit.
Selain mengalami 'jet lag' setelah sepekan libur, bursa juga baru terkena efek dari perubahan dinamika pasar keuangan global yang banyak mengalami turbulen pada minggu lalu.
Di saat bursa nasional libur, pasar keuangan global memang volatile akibat keputusan bank sentral AS The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps).
Pada perdagangan akhir pekan lalu, bursa saham AS 'kebakaran' di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,3 persen, S&P 500 terkoreksi 0,57 persen, dan Nasdaq Composite anjlok 1,4 persen. Nasdaq ditutup di posisi terendah sejak 2020.
"Sekarang, 95 persen sentimen penggerak pasar adalah suku bunga," ujar Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Saat suku bunga di Negeri Paman Sam naik, maka akan diikuti oleh imbal hasil (yield) obligasi pemerintah.
Untuk tenor 10 tahun, yield US Treasury Bonds sudah menyentuh di atas 3 persen, sesuatu yang kali terakhir terjadi pada 2018.
Anjloknya IHSG ditengarai karena adanya faktor jet lag setelah liburan panjang. Di sisi lain bulan Mei juga kurang mendukung untuk IHSG mencetak performa yang bagus secara historis.
Namun untuk hari ini, sentimen domestik yang akan mewarnai perdagangan adalah rilis inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Inflasi Indonesia bulan April diprediksi naik 3,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021.
Sementara itu pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022 diperkirakan tumbuh di atas 5 persen. (irv)