Kisah Pilu Pasutri dengan 8 Anak, Kesulitan Ekonomi hingga Bayinya Makan Beras
VIVA Bandung – Kisah haru datang dari seorang ayah yang memiliki 8 orang anak. Pria tersebut mengaku kesulitan ekonomi yang cukup parah sampai anaknya memakan kertas. Kisah haru keluarga dengan 8 orang anak itu pun viral di media sosial.
Saking hidup susah dan kesulitan ekonomi lantaran memiliki banyak anak, sang ayah sampai menggadaikan SIM C ke tukang bubur cuma dijual Rp50 ribu untuk sesuap nasi. Kisah haru tersebut diunggah ulang oleh akun @sijumdepokofficial.
Video tersebut menceritakan kisah sepasang orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi. Mereka memiliki delapan orang anak. Sang ibu bahkan menceritakan bahwa ia sering berdoa supaya anak-anaknya bisa memperoleh sesuap nasi.
"Saya bilang ya Allah kasih nasi sepiring aja, kasihan kalau dia (anaknya) enggak sahur. Anak saya tuh ikut tahlilan, kan ada kue bolu yang dilapisin sama kertas. (Anaknya) yang umur dua tahun kertasnya itu dimakan, dia laper dari pagi," ucap si ibu.
Meski sudah dilarang untuk makan kertas tersebut, sang anak tetap memakannya karena lapar. Ibu dari 8 anak itu juga bercerita bahwa sehari-hari dia hanya mengonsumsi makanan seadanya. Bahkan tidak jarang jarang dia makan dengan garam.
Selain itu, selama menjalankan ibadah puasa, ibu tersebut hanya bisa memberikan air putih dan teh untuk sang anak. Menurut narasi dalam video, dikatakan bahwa suami sang ibu sampai menggadaikan SIM C miliknya untuk makan anak-anaknya.
"Dan aku tambah tergetar ketika ibu nya bilang bahwa minta tolong anaknya bisa di ikut kan untuk makan di KFC agar bisa makan enak satu hari saja karena puasa nya belum ada yang bolong. Selama ini hanya buka puasa yang dari masjid dan makan malam atau sahur pun kadang hanya minum air saja," tertulis dalam keterangan video tersebut.
Dalam unggahan lain, akun tersebut juga membagikan momen saat mereka menyerahkan donasi kepada keluarga tersebut. Mereka memberikan sejumlah uang tunai sampai motor baru untuk sang ayah.
Bukan tanpa alasan, dalam video itu dikatakan bahwa sang ayah sering menggendong anaknya untuk ke sekolah. Anaknya kerap bertanya kapan sang ayah bisa memiliki motor supaya tidak jalan kaki terus ketika ke sekolah.