Fajri Pria Obesitas 300Kg Resiko Alami Tulang Keropos, Dokter Radiologi Ungkap Penyebabnya

Fajri pria obesitas
Sumber :

Viva Bandung – Pria yang sempat menjadi viral yang berbobot 300 kg dari Tangerang saat ini sedang dirawat secara khusus oleh dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Dokter mengatakan bahwa Muhammad Fajri, yang obesitas, berisiko mengalami pengeroposan tulang karena dia memiliki banyak komplikasi alami. 

Menurut Dokter Spesialis Radiologi Muskuloskeletal RS Abdi Waluyo, Dr. dr. Marcel Prasetyo, Sp.Rad(K), orang yang obesitas seperti Fajri cenderung memiliki tulang yang tipis.

Hal ini disebabkan oleh kondisi yang tidak aktif atau jarang, yang memungkinkan mereka untuk tidak melakukan aktivitas apa pun.

 

Fajri pria obesitas

Photo :
  • -

 

"Hipoaktif itu nggak ngapa-ngapain, bukan karena males tapi selain karena bobotnya berat juga, mungkin dia susah untuk macam-macam untuk seperti orang normal. Nggak ngapa-ngapain bikin tulang semakin keropos juga," ujarnya dalam peresmian NAEOTOM Alpha, di RS Abdi Waluyo, Jakarta, baru-baru ini.

Karena beban tubuh yang berlebihan pada pasien obesitas, kondisi hipoaktif Fajri dapat terjadi.

Mereka yang obesitas juga memiliki beberapa penyakit yang mengganggu metabolisme tubuh, sehingga mereka merasa tidak perlu memperkuat tulang mereka.

"Membuat merasa ngapain saya memperkuat tulang, kan nggak ngapa-ngapain juga sehari-hari, sehingga biasanya orang obesitas itu biasanya tulangnya lebih tipis dan lebih keropos. Akibatnya mudah patah, mudah terkena berbagai macam hal, paling gampang mudah patah sih ya," imbuh dokter Marcel.

Ada pun kondisi patah tulang ini dapat disebabkan berbagai hal. Selain tubuh obesitas, patah tulang berisiko terjadi akibat kecelakaan yang tak disengaja.

Sayangnya, patah tulang kerap dianggap hal biasa yang membuat banyak orang memilih mengobati dengan pijat sebagai pengobatan alternatif.

"Kalau patahnya tidak jauh, bisa nyambung sendiri jadi paling cuma di-gips saja supaya tulangnya nyambung sesuai dengan seharusnya. Kalau patah tulangnya jauh atau sampai keluar gitu, ya harus ke dokter," kata dokter Marcel.

Pola pikir masyarakat tersebut cenderung membuat kondisi tulang menjadi lebih parah karena risiko patah tulang turut dapat memicu masalah di otot. Untuk itu, dokter mengingatkan agar kondisi patah tulang tak disepelekan, apalagi pada pasien obesitas.

"Kalau patah tulang, ada baiknya harus ke dokter dulu. Ini ototnya saja atau tulangnya juga yang kena, atau bagaimana. Jadi cari tahu dulu kondisinya bagaimana, baru diobati," pungkas dokter Marcel. Pengobatan pada patah tulang sendiri dibutuhkan diagnosis yang tepat, termasuk melalui photon-counting CT seperti NAEOTOM Alpha di RS Abdi Waluyo.

Tujuan dari pemberian alat ini adalah untuk meningkatkan proses diagnosis dan pengobatan pasien di Indonesia. Dengan teknologi canggih seperti yang sudah ada sebelumnya, RS Abdi Waluyo sekarang dapat meningkatkan performa klinis pasien dengan teknologi pencitraan diagnostik NAEOTOM Alpha.

Teknik pencitraan canggih NAEOTOM Alpha menghasilkan gambar jernih dengan resolusi yang sangat tinggi.

Ini memungkinkan dokter menemukan keganjilan atau anomali yang paling kecil sekalipun, yang mengarah pada diagnosis yang lebih akurat dan tepat waktu. Pasien juga dapat memperoleh manfaat dari deteksi dini, yang seringkali mengarah pada hasil pengobatan yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih baik.

“Dengan NAEOTOM Alpha, selain menemukan penyakitnya, sebagai ahli radiologi kami juga dapat mengkarakterisasi penyakit sehingga membantu diagnosa yang tepat, perawatan yang paling sesuai, dan hasil klinis yang lebih baik untuk pasien,” tandasnya.

Artikel ini sudah tayang di VIVA.co.id  Judul Artikel : Berkaca Kasus Pria Obesitas 30 kg, Dokter Waspadai Risiko Tulang Keropos