Anak Ketua DPRD Ambon Aniaya Pelajar SMA hingga Tewas, Ternyata Ini Bahaya Pukul Area Kepala
- VIVA.co.id
VIVA Bandung – Aksi penganiayaan yang dilakukan oleh seorang anak ketua DPRD Kota Ambon terhadap seorang pelajar (SMA) tengah ramai diperbincangkan publik.
Dalam rekaman video beredar di media sosial, penganiayaan ini terjadi akibat pelaku yang berusia 25 tahun, Abdi Toisutta tak terima disenggol oleh korban yang berusia 15 tahun RRS saat mengendarai motornya masuk melewati gang kecil.
Pelaku disebut memukul korban dari bagian kepala sebanyak satu kali, saat itu posisi korban masih menggunakan helm. Kemudian pelaku kembali memukuli korban dari bagian kepala yang kedua kali.
Korban diketahui sempat pingsan dan sempat dibawa masuk ke rumah untuk menyadarkan korban. Namun korban masih tak sadarkan diri. Korban kemudian dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 21.45 WIT.
Lalu seberapa fatal jika seseorang mengalami pukulan di area kepala? Menanggapi hal itu, pesialis saraf, dr. Zicky Yombana, Sp.S mengakatakan bahwa pukulan di area kepala bisa sangat berbahaya.
"Kalau ditanya seberapa bahaya, bahaya banget," kata dr. Zicky dikutip dari VIVA.co.id, Kamis (3/8/2023).
Lebih lanjut, Zicky menjelaskan bahwa otak memiliki fungsi untuk mengatur sistem vital manusia.
"Otak itu sangat fragile, otak itu berfungsi mengatur sistem fungsi seluruh tubuh kita. Mungkin yang kita tahu otak berfungsi untuk mengatur sistem motorik, sensorik. Tapi selain itu, otak mengatur juga ada satu struktur namanya daerah batang otak yang mengatur sistem pernafasan, detak jantung, pencernaan. Otak itu mengatur fungsi vital manusia," jelasnya.
dr. Zicky juga mengungkapkan, jika daerah batang otak mengalami masalah atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka bisa berakibat fatal hingga kematian.
"Yang mana daerah batang otak tercolek atau terjadi sesuatu selesai, switch off orang itu bisa meninggal, itu secara instan. Tapi ada juga yang secara tidak instan. Kalau ada trauma, benturan ada dua mekanisme kop saya kejedod di jidad maka yang benjol jidad saya, di otak bagian jidad ada perdarahan," ungkap dr. Zicky.
Dikatakan dr. Zicky, ada beberapa perdarahan yang muncul dalam otak yang bisa berakibat fatal bagi seseorang. Misalnya saja, perdarahan intra cebral. Umumnya perdarahan ini terjadi ketika korban mengalami benturan yang cukup hebat.
Kemudian ada juga perdarahan epidural yang biasanya terjadi di daerah temporal (antara mata dan telinga di bawah pelipus) yang jika terjadi benturan di area ini akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah arteri. Jika pembuluh darah arteri pecah maka area perdarahannya luas yang artinya juga bisa menyebabkan kefatalan bagi korban.
"Kalau perdarahannya luas artinya darah menekan otak. Otak akan turun ke bawah (herniasi). Ketika penuh maka akan adanya keluar di batang otak. Batang otak kecolek-colek, switch off selesai. Jadi penenkanan pada otak akan menyebabkan terjadinya herniasi atau turunya otak yang menekan pusat kehidupan. Akhirnya meninggal juga," ujar dr. Zicky.
Sementara itu, terkait dengan penggunaan helm digunakan oleh korban pada saat pemukulan pertama yang dilakukan oleh pelaku. dr. Zicky menyebut bahwa helm memang bisa mengurangi risiko. Namun tidak menjamin seratus persen.
"Helm itu memang mengurangi risiko, tapi kita tidak tahu bagaimana mekanisme benturannya seperti apa. Karena orang tidak harus terbentur benda tajam sehingga terjadi perdarahan, terbentur benda tumpul pun bisa," ucapnya.
Dia menambahkan bahwa semua itu tergantung seberapa kuat pukulannya, seberapa kuat penahannya, tapi ada faktor x seberapa besar momentumnya (intensitasnya) dan dimana lokasi pemukulannya. Di daerah temporal, di dekat batang otak atau dimana. Helm tidak menjamin meski mengurangi risiko.
Selain area kepala, dr. Zicky juga menyebut ada beberapa seperti tulang belakang yang jika mengalami masalah bisa berakibat fatal.
"Semua area bukan hanya area kepala saja. Area kepala dan tulang belakang itu area yang cukup berbahaya, karena struktur kepala dan tulang belakang itu diciptakan untuk melindungi saraf, otak dan sumsum tulang belakang. Kalau ada yang mau duduk kemudian bangkunya suka ditarik itu tidak lucu. Dia bisa patah tulang belakang, saraf kejepit dan bisa terjadi kelumpuhan. Itu baru jatuh duduk, belum kalau dia jatuh kemudian gledak," pungkas dr. Zicky.