Edi Darmawan Sebut Pernah Kasih Napas Buatan ke Mirna, dr Djaja: Kontra Indikasi

Ahli Forensik, dr Djaja Surya Atmadja
Sumber :
  • Viva.co.id

VIVA Bandung - Kasus kematian Mirna Salihin akibat racun sianida yang sempat heboh di tahun 2016 lalu rupanya kembali mendapat atensi dari publik. Kasus tersebut heboh lantaran banyaknya kejanggalan pada kasus kopi sianida tersebut. 

Selama sepekan lebih kasus ini kembali menjadi sorotan setelah perilisan dokumenter Netflix berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso.

Salah satu yang kembali menjadi sorotan dari kasus tersebut adalah pengakuan Edi Darmawan Salihin, ayah Mirna sempat memberikan nafas buatan kepada putrinya yang sudah tak bernyawa.

"Saya liat sudah enggak bernyawa karena waktu saya bikin napas buatan itu udah angin aja gitu keluar. Padahal anak saya pegang masih anget badannya. Saya coba terus," kata Edi dalam keterangannya.

Edi Darmawan Salihin

Photo :
  • Viva.co.id

Ramainya terkait kasus tersebut membuat ahli forensik yang juga sempat menjadi saksi ahli yang dihadirkan dari pihak Jessica Wongso dalam pengadilan di tahun 2016.

dr. Djaya Surya Atmadja angkat bicara, dia sempat tertawa saat mendapat pertanyaan serupa dari Richard Lee yang menyebut Edi Darmawan sempat memberikan nafas buatan kepada Mirna menggunakan tangan.

"Itu tau enggak di jurnal forensik dibilang kontraindikasi melakukan itu," kata dia mengutip tayangan YouTube dr.Richard Lee.

Ahli Forensik, dr Djaja Surya Atmadja

Photo :
  • Viva.co.id

dr. Djaja juga mengungkap beberapa kontra indikasi yang bisa dialami Edi Darmawan bisa pingsan atau paling fatal meninggal dunia jika memberikan nafas buatan kepada Mirna yang disebut meninggal karena sianida. 

"Siapa yang kasih nafas buatan lo akan mati juga, atau pasti dia pingsan. Percaya deh," katanya.

Djaja juga mengungkap adanya keanehan terhadap statement Edi Darmawan yang memberikan napas buatan kepada Mirna Salihin. 

"Enggak mungkin, karena dari sini (lambung) kalau dari (letal dosis sianida) 150mg berkurang dia kasih nafas buatan itu sambil ditekan-tekan (timbulkan efek). Kalau 10mg lebih dari 150mg lah masuk. Itu yang aneh-anehnya," ujarnya.

Di sisi lain, Djaja juga mengungkap bahwa akan ganjil jika sianida berisi 250mg dibawa Jessica dalam bentuk cairan di botol.

"Dimana-mana orang yang siandia itu kalau kita bawa 250mg itu kecil tidak akan dibawa dalam bentuk cairan di botol, ngapain,"  ujarnya.

Djaja juga kembali mengingatkan tentag film Mission Impossible dimana jika salah satu orang yang meninggal akibat bahan kimia. Maka keluarganya akan mendapat santunan dan bantuan dari kelompok mereka. 

"Kapsul, itu kalau dikelutusin doang kalau di dikeletusin dan dia mati anak dan istrinya akan dapat santunan besar dari kelompok mereka. Teken kontrak mati kan. Film Mission Impossible kalau kamu ditangkap kita enggak tanggung jawab tapi anak istrinya ditanggung," ujarnya.