Kegundahan dr Dani Ferdian saat Mahasiswa Dulu, Bisa Bangun Komunitas Vol D dari Unpad

dr Dani Ferdian, Founder Komunitas Volunteer Doctors
Sumber :
  • Pribadi/Istimewa

Bandung Mahasiswa sering dianggap sebagai agen perubahan (agent of change) yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan masyarakat. Hal ini karena mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam berkontribusi kepada masyarakat melalui ilmu dan kemampuan yang dimilikinya.

Di era milenial ini, mahasiswa dapat melakukan pengabdian masyarakat dengan mudah melalui teknologi informasi. Teknologi ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data terkait jenis, strategi, hingga wilayah yang cocok untuk melakukan pengabdian masyarakat.

dr Dani Ferdian, Founder Komunitas Volunteer Doctors

Photo :
  • Pribadi/Istimewa

Ada beberapa jenis pengabdian masyarakat yang sering dilakukan oleh mahasiswa, seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), Program Bina Desa, dan PKM. Dalam melakukan pengabdian masyarakat, mahasiswa dituntut untuk membuat program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan berdasarkan persepsi mahasiswa. Program yang dibuat dapat berkaitan dengan masalah lingkungan, sosial, ekonomi, dan politik.

Namun berbeda bagi pengalaman seorang Dani Ferdian. Dani, seorang mahasiswa kedokteran, menginisiasi gerakan sosial pada tahun kedua berkuliah. Hal ini karena ia melihat potensi anak-anak kedokteran dan sepinya aktivitas sosial di lingkungan kampus. Setelah menjabat sebagai Kepala Seksi Pengabdian Masyarakat BEM Fakultas Kedokteran Unpad, ia melihat desa-desa di sekitar kampusnya yang kurang terlayani fasilitas kesehatan.

Dani melihat bahwa materi penyuluhan atau pengabdian langsung kepada masyarakat masih sangat minim di lingkungan kampusnya. Hal ini mendorongnya untuk membuat perubahan dengan menggembleng mahasiswa-mahasiswi untuk mendapatkan berbagai program pembinaan lewat diklat materi.

Pada tahun 2009, ia, seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Padjadjaran, mendirikan komunitas Volunteer Doctors (Vol-D). Komunitas ini memberikan layanan kesehatan dasar kepada masyarakat, terutama di desa-desa yang kurang terlayani fasilitas kesehatan. Layanan yang diberikan meliputi pengukuran tekanan darah, gula darah, dan kolesterol. Setelah itu, warga diedukasi untuk menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat.

Gerakan ini dimulai di wilayah Jawa Barat dan sekarang sudah berkembang hingga ke beberapa daerah di Indonesia. Volunter yang bergabung pun juga berasal dari berbagai bidang, termasuk nonkesehatan.

Berdasarkann data, pada tahun 2022, Indonesia memiliki total 176.110 dokter, termasuk dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. 

Jumlah dokter di Indonesia meningkat secara signifikan pada 2022, dengan kenaikan sekitar 3% dari tahun sebelumnya. Hal ini menjadikan 2022 sebagai tahun dengan pertumbuhan jumlah dokter tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Secara kumulatif, jumlah dokter di Indonesia telah meningkat sekitar 60% selama periode 2018-2022. Peningkatan ini telah berdampak positif pada rasio dokter Indonesia, yang pada 2019 hanya 0,47 dokter per 1.000 penduduk.

Rasio dokter per 1.000 penduduk juga meningkat, menjadi sekitar 0,63. Namun, rasio tersebut masih lebih rendah dari standar ideal WHO, yakni 1 dokter per 1.000 penduduk. Selain itu, distribusi dokter di Indonesia masih belum merata.

Menilik data terbaru tersebut merupakan suatu prestasi adanya peningkatan jumlah dokter tertinggi, selama lima tahun terakhir. Dengan adanya peningkatan jumlah dokter di Indonesia, diharapkan bisa menjadi angin segar, yakni banyak yang bergabung dalam komunitas Vol D ini. Berdasarkan kabar terbaru pun, komunitas Vol-D ini juga mengalami peningkatan keanggotaan. Komunitas Vol D telah berkembang pesat sejak dirintis pada tahun 2009. Saat ini, komunitas ini telah memiliki sekitar 1.000 anggota, termasuk dokter dan tenaga kesehatan dari berbagai bidang. Dani optimistis bahwa dengan semakin banyaknya anggota Vol D, Indonesia akan menjadi negara yang lebih sehat di masa depan.

Pada tahun 2016, Komunitas Vol D terus berkembang dan membangun jaringan di berbagai kampus di Indonesia. Komunitas ini juga dipercaya oleh beberapa kampus untuk melakukan screening kesehatan calon mahasiswa baru. Pada tahun ini juga, Vol D sedang membangun jaringan di Yogyakarta, Solo, dan Semarang.

Antusiasme untuk menjadi anggota Vol D sangat tinggi. Setiap kali pendaftaran dibuka, jumlah pendaftar mencapai 500 orang. Oleh karena itu, komunitas yang kini sudah memiliki anggota angkatan ke-IX ini, sejak gelombang V memberlakukan aturan seleksi. Seleksinya berupa pelatihan dan pendidikan dasar selama 6 bulan hingga 1 tahun. Pelatihan dan pendidikan ini meliputi kemampuan medis dasar, soft skill, komunikasi, kepemimpinan, dan etika kerelawanan.

Dani berharap bahwa dengan memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para mahasiswa, mereka akan memiliki kemampuan dan jiwa sosial yang tinggi. Dengan kemampuan dan jiwa sosial yang tinggi, mereka diharapkan dapat membuat perubahan nyata bagi masyarakat.

Dani menyadari bahwa untuk mengubah sistem yang ada sekarang membutuhkan perjuangan. Oleh karena itu, ia mendirikan gerakan Vol D sebagai salah satu upaya untuk mengubah sistem tersebut. Meskipun saat ini Vol D masih berfokus di Jawa Barat dan Jabodetabek, namun kiprah Vol D dapat menjangkau seluruh pelosok negeri lewat kemitraan dengan 30 lembaga.