Dianggap Penyebab Kecelakaan Tol Cipularang, Ini Kisah Gunung Hejo
- istimewa
BANDUNG – Gunung Hejo di Kabupaten Purwakarta, dipercaya dan dikeramatkan masyarakat sebagai Kisah Mistis petilasan Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi.
Gunung Hejo Kabupaten Purwakarta berlokasi di Kecamatan Darangdan, dikeramatkan oleh masyarakat sekitar dari sejak dulu sampai sekarang.
Masyarakat sekitar percaya bahwa, gunung tersebut merupakan patilasan Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi, yang tak jauh lokasinya dari kilometer 96 Tol Cipularang.
Jika kita langsung ke lokasi, maka akan menemukan makan dengan batu terbungkus kain putih. Konon, di batu itu Prabu Siliwangi pernah singgah.
Sampai sekarang petilasan Prabu Siliwangi tersebut menjadi salah satu tempat peziarah. Para peziarah melakukan dzikir dan membaca ayat suci Alquran bersama-sama serta berdoa untuk keselamatan Prabu Siliwangi.
Tidak hanya untuk berziarah, makam tersebut juga dijadikan sebagai tempat meditasi dan kunjungan wisatawan yang penasaran dengan cerita petilasan Prabu Siliwangi.
Jika kamu ingin pergi ke sana, bisa melalui jalan setapak perkebunan dekat dengan jalan tol Cipularang. Setelah itu naik tangga menuju Gunung Hejo.
Mustopa bin Ija berusia 97 tahun, seorang juru kunci Gunung Hejo mengatakan, para peziarah yang datang kesana bukan hanya warga Purwakarta, bahkan orang luar Jawa Barat sering datang kesana.
"Kebanyakan dari luar kota bahkan luar Provinsi Jawa Barat. Tidak ada yang membenarkan apabila datang ke petilasan menyembah batu terbungkus kain putih. Mereka di sana memanjatkan doa, dzikir dan membaca Alquran," Ucap Mustopa.
Mustopa menerangkan, Batu petilasan dengan batu biasa tak beda jauh. Yang membedakannya adalah batu patilasan seperti memiliki suatu kekuatan magis.
Cerita Mustopa tersebut dapat dibuktikan dengan pembangunan Tol Cipularang yang selesai dibangun 2005 silam itu. Ketika Pihak Proyek menargetkan tol cipularang membelah lurus Gunung Hejo, namun tidak dapat terlaksana, hanya bisa melintas dipinggirannya saja karena beberapa kali mencoba diratakan, tak kunjung rata.
"Keanehan itu terjadi ketika di teropong gunung tersebut gelap dan alat itupun pecah katanya, bahkan sempat dicoba dibongkar dengan alat berat tapi tidak berhasil," kata dia.
Gangguan selalu saja terjadi, ketika para pekerja mengoprasikan alat berat, seakan memberi isyarat tidak boleh ada pembangunan jalan menembus Gunung Hejo.
"Saya tidak melarang apa yang dinginkan mereka. Tapi alat beratnya tiba-tiba mati jadi sulit dihidupkan, akhirnya jalur tol jadi melingkari gunung. Batu petilasan itu juga sulit dicabut," Imbuhnya.
Seperti halnya tempat mistis, Gunung Hejo memiliki aturan tertentu. "Larangan-larangan ketika berada di atas petilisan, abah menyarankan agar tidak memetik dan memotong tangkai pepohonan apapun," kata salah satu pekerja pembangunan Tol Cipularang.
Jika mencoba untuk melanggar aturan tersebut, maka dikhawatirkan terjadi suatu hal buruk kepada pelakunya. Sebab, dianggap merusak alam Prabu Siliwangi.
"Merokok juga disarankan jangan. Intinya datang kesini harus sopan, mengucapkan salam dulu, tidak bising," ujar Mustopa.
Saat diwawancara, mengenai kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang beberapa tahun silam, masyarakat mengaitkannya dengan hal mistis tersebut.
Mustopa membantah anggapan kecelakaan itu disebabkan hal mistis yang sudah dari dulu ada itu.
"Mungkin itu murni kelalaian pengendara saja, tidak ada gangguan dari penunggu Gunung Hejo," kata dia.
Sejak tahun 2000, Mustopa memulai tugasnya menjadi juru kunci Gunung Hejo, penerus ayahnya yang telah meninggal.
"Abah awalnya gak tahu kalau diatas ada petilasan keramat, abah mulai disini dari tahun 2000 sejak bapak meninggal," katanya.
"Sebelum jadi petilasan yang dikeramatkan, Gunung Hejo hanya hutan belantara, kemudian petilasan ini bersihkan warga dan dirawat hingga petilasan seperti saat ini," pungkasnya. (irv)