Masyarakat Cemas Radiasi Keamanan Pengisian BBM Non-tunai
- Zakiana Fadhila Matondang
Bandung – Pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) sudah mulai diberlakukan menggunakan aplikasi MyPertamina. Kebijakan tersebut belum menyeluruh, masih ada beberapa SPBU khususnya di Kota Bandung pada 1 Juli 2022 ini dalam proses pendaftaran MyPertamina.
Sebelumnya, pihak SPBU sudah mulai melakukan sosialisasi kebijakan penggunaan aplikasi MyPertamina untuk pembelian BBM sejak 28 Juni 2022 sampai menjelang awal bulan Juli kepada masyarakat. SPBU Moch Ramdan Bandung saat ini, masih dalam situasi pembelian BBM dengan pembayaran tunai namun jenis Pertalite kosong sebab banyaknya pembelian pada 30 Juni 2022, kemarin.
Kasno, selaku Pengawas bagian Operator SPBU Moch Ramdan Bandung menuturkan pembelian BBM di tanggal 1 Juli masih menggunakan pembayaran tunai dan saat ini hanya untuk proses pendaftaran aplikasi MyPertamina.
“Hari ini, mulai tanggal 1 Juli hanya pendaftarannya aja kalau masalah pembayarannya masih normal belum ada kebijaksanaan harus pakai MyPertamina,” jelas Kasno saat diwawancarai di SPBU Moch Ramdan pada Senin, 1 Juli 2022.
Selain itu, Kasno mengungkapkan terkait informasi MyPertamina akan diberlakukan mulai tanggal 1-15 Juli bahkan update tentang pembelian BBM menggunakan aplikasi MyPertamina sudah dihimbau melalui grup Whatsapp resmi SPBU Moch Ramdan.
“Itu kan pendaftaran dari tanggal 1 juli mungkin sampai tanggal 15 Juli, kan banyak yang mendaftar ya,” ungkapnya.
Lalu, Kasno menambahkan pembayaran masih bisa secara tunai untuk sekarang ini.
“Kalau misalkan sekarang enggak diwajibkan harus memakai MyPertamina, jadi masih bisa tunai, masih bisa debit, atau sejenis bon permintaan masih bisa. Masih normal belum ada kebijaksanaan harus pakai MyPertamina,” sambungnya.
Penggunaan aplikasi MyPertamina melalui akses internet ternyata membuat masyarakat cemas dan khawatir. Pancaran radiasi dari telepon seluler yang digunakan dalam transaksi pembayaran non-tunai takut memberikan insiden tidak terduga.
Salah satu warga kota Bandung, Muhammad Ilham mengaku bagaimana kebijakan pihak SPBU dan pemerintah terhadap aturan pembayaran non-tunai jika memang kebijakan tersebut diberlakukan secara permanen.
“Sekarang kalau seandainya pakai MyPertamina, radiasi itu pasti bakalan melonjak soalnya kan, bayangin berapa orang yang ngisi di situ. Kalau seandainya ada tiga pilar berarti akan ada 3 orang dalam waktu bersamaan itu membuka Hp (Handphone) dan tiga waktu orang bersamaan itu menghasilkan radiasi. Siapa yang bisa menjamin kalau misalnya radiasi tersebut tidak memicu ledakan,” ungkapnya.
“Itu juga sih yang menjadi khawatir ya, belum lagi yang lain. Jadi, dampaknya adalah bukan hanya untuk yang mengisi tapi yang lain juga ikut-ikutan, jangan salah orang ketika orang lain main Hp (Handphone) itu bakalan ngikutin. Dan nanti misalkan, ini yang MyPertamina ini main Hp iya kan, karena untuk kepentingan isi bensin, nah nanti belakangnya itu karena melihat ‘oh itu main Hp’ ikut main Hp. Padahal dia belum waktunya ngebuka Hp dan ngisi bensi dengan MyPertamina karena dia ngeliat itu ya, dia buka Hp otomatis radiasi lagi,” jelasnya menambahkan.
Bahkan, Muhammad Ilham juga mengatakan bahwa membuka telepon saluler berbasis internat nantinya menjadi hal yang tidak dipermasalahkan saat berada di sekitaran SPBU, apalagi bila dijadikan suatu budaya.
Tentu saja, harapannya agar ke depannya inovasi teknologi ini tidak membuat pengurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan karena ketika SDM tersebut berkurang kemudian akan terjadi perebutan pekerjaan lagi di kalangan masyarakat.