Pernah Kuliah Kedokteran di UGM, Profil Mbah Benu Pimpinan Jemaah Aolia Gunungkidul
- Viva.co.id
VIVA Bandung - Kelompok jemaah Aolia di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendadak jadi sorotan usai memutuskan untuk merayakan Idul Fitri pada Jumat, 5 April 2024.
Sontak keputusan tersebut menjadi perbincangan hangat publik Tanah Air, mengingat Pemerintah sendiri baru akan melakukan sidang isbat pada 9 April 2024 mendatang.
Pimpinan Jemaah Aolia, KH Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu, mengatakan penetapan 1 Syawal yang dilakukan olehnya sama sekali tidak menggunakan metoda Hisab maupun Rukyat.
Namun, Mbah Benu mengaku keputusannya tersebut dilakukan dengan cara berkomunikasi langsung dengan Allah melalui sambungan telepon.
“Tidak pake perhitungan (rukyat atau hisab), saya telepon langsung kepada Allah Ta’ala,” ujarnya kepada awak media Jumat lalu.
Jamaah Aolia Gunung Kidul laksanakan Shalat Ied lebih awal.
- Viva.co.id
Dalam percakapan via telepon tersebut, Mbah Benu mengaku mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan idul fitri pada Jumat 5 April 2024 atau 25 Ramadhan 1445 Hijriah.
“Ya Allah kemaren tanggal 4 malam 4 ya Allah ini sudah 29 satu syawalnya kapan? Allah Ta’ala ngediko tanggal 5,” kata pria paruh baya itu.
Profil Mbah Benu
Pimpinan Jamaah Aolia.
- Viva.co.id
Informasi yang dihimpun oleh VIVA Bandung, dalam sebuah karya Tesis yang diberi judul ‘Dekonstruksi Mitos Kanjeng Ratu Kidul dalam Pendidikan Akidah Perspektif KH Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo 1942-Sekarang (2017)’ karya mahasiswa Magister PAI IAIN Purwokerto, Mohamad Ulyan pada 2017 silam.
Dalam Tesis tersebut, disebutkan jika Mbah Benu merupakan seorang pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu Pon 28 Desember 1942.
Meski lahir di Pekalongan, Mbah Benu besar di Solotiyang, Maron, Purworejo, Jawa Tengah.
Mbah Benu mendapat pengajaran agama Islam langsung dari sang ayah, Kyai Soleh bin KH Abdul Ghani bin Kyai Yunus yang merupakan alumni Ponpes Lirboyo Kediri.
Selain mendapatkan pendidikan agama, diketahui Mbah Benu juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Namun, dia tidak berhasil menamatkan kedokterannya hingga selesai, pasalnya Benu muda saat itu di drop out (DO) pada semester akhir.
Menurut penulis Tesis, Mohamad Ulyan, Mbah Benu memutuskan untuk DO lantaran tidak ingin menikmati uang dari orang sakit yang tengah menderita dan berduka.
Kemudian, setelah itu Mbah Benu memutuskan untuk menetap di Gunungkidul hingga akhirnya berhasil menikah dengan seorang bidan di Kecamatan Panggang.