Kisah Benny Santoso yang Mengubah Tempe Jadi Produk Premium
- Dokumentasi Narasumber
VIVABandung – Siapa sangka tempe yang identik dengan makanan sederhana kini bisa menjelma menjadi sajian es krim premium? Di tangan Benny Santoso tempe tidak lagi sekadar lauk pendamping nasi. Pengusaha muda ini berhasil mengubah persepsi masyarakat tentang tempe melalui inovasi produk yang kreatif.
Pada 2016 saat mendapat tugas akhir untuk membuat inovasi produk olahan tempe, Benny mencoba membuat tempe rasa keju dan tempe rasa bawang putih tanpa mengubah tekstur asli tempe.
Meski tempe rasa keju berhasil dibuat namun tempe rasa bawang putih gagal karena ternyata bawang putih mengandung antibakteri yang menghambat proses fermentasi. Kegagalan ini justru menjadi pembelajaran berharga bagi Benny dalam menciptakan berbagai inovasi olahan tempe.
Benny Santoso bersama timnya telah mengembangkan berbagai olahan tempe, mulai dari kue kering tempe hingga cokelat tempe. Bahkan yang paling unik adalah kreasi es krim tempe yang membuktikan bahwa makanan tradisional ini bisa dihadirkan dalam bentuk yang lebih modern.
"Berulang-ulang waktu kita olah (tempe) jadi kue kering coklat tempe. Ada es krim tempe juga" ujar Benny saat diwawancarai.
Inovasi tidak berhenti pada produk olahannya saja. Benny juga melakukan terobosan dengan menggunakan bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe. "Nanti akan kami buat olahan macam-macam untuk bahan dasar tempenya sendiri, misalnya tempe dari biji nangka atau tempe dari kacang hijau" jelasnya. Ini menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan variasi produk tempe di luar bahan tradisional kedelai.
Kerja keras dan inovasi Benny mendapat pengakuan dari PT Astra International Tbk. Ia berhasil meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tingkat provinsi tahun 2021 dalam bidang kewirausahaan. Penghargaan ini menjadi momentum penting bagi perkembangan bisnisnya terutama di masa pandemi Covid-19.
Setelah mendapat penghargaan tersebut bisnis Benny mengalami perkembangan signifikan. Produk-produk tempenya kini mulai merambah ke dunia kuliner profesional.
Yang menarik dari bisnis ini adalah komitmen Benny dalam pemberdayaan perempuan. Dari total 14 karyawan yang bekerja di perusahaannya mayoritas adalah perempuan. "Jadi memang kalau SDM kita fokus ke wanita. Jadi timnya kita sekarang 14 orang, yang laki-laki hanya saya dan satu orang, sisanya perempuan" terangnya.
Benny memiliki harapan besar untuk pengembangan produk lokal Indonesia. Ia mengajak masyarakat untuk lebih mencintai dan menggunakan produk-produk dalam negeri. "Jadi dengan mencintai dan menggunakan produk lokal ya kita patut bangga dan mengembangkan potensi budaya lokal serta membantu konservasi budaya Indonesia" tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam melestarikan budaya kuliner Indonesia. "Karena kalau si orang Indonesia sendiri tidak mau mengkonsumsikan kelamaan juga budaya atau makanan tersebut juga lama-kelamaan akan guna" tambahnya.
Selain mengajak masyarakat Benny juga berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih besar kepada pelaku UMKM khususnya di bidang makanan. "Semoga pemerintah membantu dengan kegiatan-kegiatan yang bisa membantu WKM lokal terutama di bidang makanan ya sama pemberdayaan masyarakat lokal" ujarnya.
Kisah sukses Benny Santoso membuktikan bahwa makanan tradisional Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi. Melalui inovasi berkelanjutan pemberdayaan perempuan dan kolaborasi dengan petani lokal ia telah menunjukkan bahwa bisnis kuliner tidak hanya tentang mencari keuntungan tetapi juga dapat memberikan dampak sosial yang positif.
Keberhasilannya mengembangkan tempe menjadi berbagai produk inovatif juga menginspirasi generasi muda untuk tidak memandang sebelah mata makanan tradisional. Dengan kreativitas dan semangat kewirausahaan yang tepat produk lokal Indonesia bisa bersaing di pasar modern tanpa kehilangan nilai kulturalnya
VIVABandung – Siapa sangka tempe yang identik dengan makanan sederhana kini bisa menjelma menjadi sajian es krim premium? Di tangan Benny Santoso tempe tidak lagi sekadar lauk pendamping nasi. Pengusaha muda ini berhasil mengubah persepsi masyarakat tentang tempe melalui inovasi produk yang kreatif.
Pada 2016 saat mendapat tugas akhir untuk membuat inovasi produk olahan tempe, Benny mencoba membuat tempe rasa keju dan tempe rasa bawang putih tanpa mengubah tekstur asli tempe.
Meski tempe rasa keju berhasil dibuat namun tempe rasa bawang putih gagal karena ternyata bawang putih mengandung antibakteri yang menghambat proses fermentasi. Kegagalan ini justru menjadi pembelajaran berharga bagi Benny dalam menciptakan berbagai inovasi olahan tempe.
Benny Santoso bersama timnya telah mengembangkan berbagai olahan tempe, mulai dari kue kering tempe hingga cokelat tempe. Bahkan yang paling unik adalah kreasi es krim tempe yang membuktikan bahwa makanan tradisional ini bisa dihadirkan dalam bentuk yang lebih modern.
"Berulang-ulang waktu kita olah (tempe) jadi kue kering coklat tempe. Ada es krim tempe juga" ujar Benny saat diwawancarai.
Inovasi tidak berhenti pada produk olahannya saja. Benny juga melakukan terobosan dengan menggunakan bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe. "Nanti akan kami buat olahan macam-macam untuk bahan dasar tempenya sendiri, misalnya tempe dari biji nangka atau tempe dari kacang hijau" jelasnya. Ini menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan variasi produk tempe di luar bahan tradisional kedelai.
Kerja keras dan inovasi Benny mendapat pengakuan dari PT Astra International Tbk. Ia berhasil meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tingkat provinsi tahun 2021 dalam bidang kewirausahaan. Penghargaan ini menjadi momentum penting bagi perkembangan bisnisnya terutama di masa pandemi Covid-19.
Setelah mendapat penghargaan tersebut bisnis Benny mengalami perkembangan signifikan. Produk-produk tempenya kini mulai merambah ke dunia kuliner profesional.
Yang menarik dari bisnis ini adalah komitmen Benny dalam pemberdayaan perempuan. Dari total 14 karyawan yang bekerja di perusahaannya mayoritas adalah perempuan. "Jadi memang kalau SDM kita fokus ke wanita. Jadi timnya kita sekarang 14 orang, yang laki-laki hanya saya dan satu orang, sisanya perempuan" terangnya.
Benny memiliki harapan besar untuk pengembangan produk lokal Indonesia. Ia mengajak masyarakat untuk lebih mencintai dan menggunakan produk-produk dalam negeri. "Jadi dengan mencintai dan menggunakan produk lokal ya kita patut bangga dan mengembangkan potensi budaya lokal serta membantu konservasi budaya Indonesia" tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam melestarikan budaya kuliner Indonesia. "Karena kalau si orang Indonesia sendiri tidak mau mengkonsumsikan kelamaan juga budaya atau makanan tersebut juga lama-kelamaan akan guna" tambahnya.
Selain mengajak masyarakat Benny juga berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih besar kepada pelaku UMKM khususnya di bidang makanan. "Semoga pemerintah membantu dengan kegiatan-kegiatan yang bisa membantu WKM lokal terutama di bidang makanan ya sama pemberdayaan masyarakat lokal" ujarnya.
Kisah sukses Benny Santoso membuktikan bahwa makanan tradisional Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi. Melalui inovasi berkelanjutan pemberdayaan perempuan dan kolaborasi dengan petani lokal ia telah menunjukkan bahwa bisnis kuliner tidak hanya tentang mencari keuntungan tetapi juga dapat memberikan dampak sosial yang positif.
Keberhasilannya mengembangkan tempe menjadi berbagai produk inovatif juga menginspirasi generasi muda untuk tidak memandang sebelah mata makanan tradisional. Dengan kreativitas dan semangat kewirausahaan yang tepat produk lokal Indonesia bisa bersaing di pasar modern tanpa kehilangan nilai kulturalnya