Gus Najih Sebut Gus Miftah Tak Layak Sandang Gelar 'Gus'. Tuduh Penggunaan Gelar Hanya untuk Popularitas

Pernyataan Gus Najih Tentang Gelas Gus
Sumber :
  • Tangkap Layar X @NinzExe09

VIVABandung – Akun X milik @NinzExe09 baru-baru ini membagikan sebuah video yang berisi penjelasan dari Gus Najih terkait status dan kritikan terhadap Gus Miftah.

Dalam video tersebut, Gus Najih secara tegas menyatakan bahwa Miftah tidak layak menyandang gelar "Gus" karena tidak memiliki latar belakang sebagai anak seorang Kiai.

Video ini muncul sebagai respons terhadap insiden sebelumnya di mana Gus Miftah diduga melakukan olok-olok terhadap seorang penjual es teh keliling bernama Sunhaji.

Kritik Netizen Terhadap Gelar Gus pada Gus Miftah

Photo :
  • Tangkap Layar X @NinzExe09

Gus Najih dengan keras mengkritik penggunaan gelar "Gus" oleh Gus Miftah, menuding bahwa ia menggunakan gelar tersebut semata-mata untuk mencapai popularitas.

Terkait dengan gelar "Gus" sendiri, istilah ini memiliki makna khusus dalam tradisi pesantren di Indonesia.

Secara tradisional, "Gus" merupakan singkatan dari "Bagus" yang biasanya digunakan untuk merujuk pada anak-anak dari keluarga Kiai atau tokoh agama terkemuka.

Gelar ini tidak sekadar nama panggilan, melainkan mencerminkan status sosial dan keilmuan seseorang dalam lingkungan pesantren.

Ada dua pemaknaan utama untuk gelar "Gus", yaitu gelar yang diberikan kepada anak langsung seorang Kiai dan gelar kehormatan yang diberikan kepada individu dengan pemahaman agama yang mendalam dan kontribusi signifikan dalam bidang keagamaan

Gus Najih dalam videonya menegaskan bahwa penggunaan gelar "Gus" oleh Miftah tanpa memenuhi kriteria tersebut adalah bentuk manipulasi untuk meraih popularitas.

Kritikan ini bahkan menyinggung nama-nama lain seperti Gus Muwafiq, mengindikasikan adanya diskusi lebih luas tentang otentisitas penggunaan gelar keagamaan.

Pernyataan keras Gus Najih ini menimbulkan pertanyaan serius tentang etika penggunaan gelar keagamaan dan batasan-batasan yang melekat padanya.

Video tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, memicu perdebatan tentang makna sejati gelar "Gus" dalam konteks sosial dan keagamaan di Indonesia.

Kasus ini menggambarkan kompleksitas dinamika sosial-keagamaan di masyarakat, di mana simbol-simbol keagamaan kerap kali dimaknai secara berbeda dan berpotensi menimbulkan kontroversi.****