Suspek Cacar Monyet Ditemukan di Jateng, Seperti Ini Gejalanya

Ilustrasi cacar monyet
Sumber :
  • Pixabay

Bandung – Belum habis dengan kasus Covid-19, kini dunia tengah dihebohkan kemunculan penyakit baru yakni cacar monyet atau monkeypox.

Menurut catatan WHO, saat ini Cacar Monyet dilaporkan telah meluas ke 12 negara non endemis yang berada di 3 regional WHO, yakni Eropa, Amerika dan Western Pacific.

Kemudian baru-baru ini, dikabarkan kasus cacar monyet telah ditemukan di Indonesia, yakni di Jawa Tengah. Di mana, seorang warga di Jateng dikonfirmasi berstatus suspek cacar monyet. Warga tersebut kini menjalani perawatan di salah satu rumah sakit swasta.

Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Pihaknya saat ini tengah memantau warga yang suspek cacar monyet tersebut. Kendati statusnya bergejala, namun Ganjar belum bisa memastikan positif atau tidak.

"Kita masih pantau terus sampai hari ini. Kemarin ada yang bercirikan seperti itu, tapi masih didalami," jelas Ganjar dikutip dari laman jatengprov.go.id, Rabu, 3 Agustus 2022.

"Kita belum berani menentukan apakah itu monkeypox atau bukan, tapi kita lagi pantau," sambungnya.

Lantas apa sebenarnya cacar monyet? sangat berbahaya dan menular? simak berikut ulasannya dikutip dari laman kemkes.go.id.

Ilustrasi cacar monyet

Photo :
  • Pixabay

Tentang Cacar Monyet

Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada 1958.

Pada saat itu, wabah penyakit mirip cacar yang menyerang kolonil monyet yang dipelihara untuk penelitian, karena hal itu penyakit ini disebut cacar monyet atau monkeypox.

Sementara itu, kasus cacar monyet pertama kali menginfeksi manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Setelah itu, wabah pun meluas hingga ke beberapa negara Afrika Tenah dan Barat, seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

Penularan Cacar Monyet

Adapun penularan cacar monyet disebutkan karena adanya sentuhan dengan hewan yang terinfeksi, atau bahan yang terkontiminasi virus tersebut.

Sedangkan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan Ketika melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan.

Gejala dan Tanda Cacar Monyet

Pada manusia, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.

Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.

Masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat pula 5 hingga 21 hari.

Ilustrasi cacar monyet

Photo :
  • Pixabay

Kemudian, gejala berlanjut dengan sakit kepala, demam akut kurang lebih 38,5 derajat celsius, pembesaran kelenjar getah gening, nyeri otot/myalgia, sakit punggung, asthenia atau kelemahan tubuh dan lesi cacar atau benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh.

Dalam 1 sampai 3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam, sering dimulai pada wajah kemudian menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Penyakit ini biasanya berlangsung selama 2−4 minggu. Di Afrika, cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi penyakit tersebut.

Pencegahan Cacar Monyet

Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus cacar monyet, yang meliputi :

  • Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
  • Hindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
  • Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
  • Lakukan cuci tangan yang baik dan benar setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi.
  • Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi
  • Memasak daging dengan benar dan matang