Tindak Wanita Tak Berhijab, Iran Bakal Gunakan Teknologi Canggih

Wanita mengenakan jilbab di Iran
Sumber :
  • Morteza Nikoubazl/NurPhoto/Rex/Shutterstock

Dalam beberapa pekan terakhir, pihak berwenang Iran telah menanggapi dengan serentetan penangkapan, penahanan dan pengakuan paksa di televisi.

"Pemerintah Iran telah lama bermain-main dengan ide menggunakan pengenalan wajah untuk mengidentifikasi orang-orang yang melanggar hukum," kata Azadeh Akbari, seorang peneliti di University of Twente, di Belanda, dikutip dari The Guardian, Rabu, 21 September 2022.

"Rezim menggabungkan bentuk-bentuk kontrol totaliter 'kuno' yang kejam, yang didandani dengan teknologi baru."

Jilbab, penutup kepala yang dikenakan oleh wanita Muslim, menjadi wajib setelah revolusi Iran pada tahun 1979. Namun, selama beberapa dekade sejak itu, wanita telah melampaui batas aturan berpakaian yang ditetapkan.

Beberapa wanita yang ditangkap karena menentang keputusan baru itu, dan dilecehkan di transportasi umum karena tidak mengenakan jilbab dengan benar. Sepideh Rashno, ditangkap setelah sebuah video beredar di media sosial tentang dia dicaci maki karena pakaian yang tidak pantas oleh sesama penumpang, yang kemudian dipaksa turun dari kendaraan oleh orang-orang.

Menurut kelompok hak asasi manusia Hrana, Rashno dipukuli setelah penangkapannya, dan kemudian dipaksa untuk meminta maaf di televisi. Rashno bukanlah orang pertama yang mengalami represi kekerasan akibat viral di internet.

Pada tahun 2014, enam orang Iran, tiga pria dan tiga wanita, dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan 91 cambukan, setelah video mereka menari di Teheran dengan lagu Happy milik Pharrell Williams telah ditonton lebih dari 150.000 kali.