Cerita Saksi Tragedi Kanjuruhan: Kepulan Gas Air Mata Bikin Panik

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Sumber :
  • Foto AP/Yudha Prabowo

BANDUNG – Media Singapura menyoroti dan memberitakan kesaksian para korban yang berada di dalam stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur terkait insiden yang menewaskan 125 orang karena kerusuhan yang terjadi di dalam stadion.

Penggemar sepak bola Firari Vilallah tidak pernah membayangkan pertandingan sepak bola klub favoritnya Arema FC akan merenggut nyawa ratusan orang.

Bermain di kandang sendiri, Arema FC menelan kekalahan 3-2 dari rivalnya Persebaya Surabaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022.

Insiden Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Arema FC vs Persebaya

Photo :
  • VIVA

Namun saat Vilallah hendak meninggalkan Stadion Kanjuruhan di kota Malang, ia terjebak di pintu keluar bersama ribuan orang lainnya yang berusaha berlari keluar.

Diketahui, kerusuhan terjadi di dalam stadion dan polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton, sehingga banyak suporter yang terjebak di dalam stadion. 

"Ada gas air mata di mana-mana, sehingga para pendukung berlari dengan panik," katanya, mengutip dari Channel News Asia, Senin, 3 Oktober 2022.

"Dan orang-orang saling mendorong, begitu banyak yang bahkan tidak bisa bergerak," kata wanita berusia 22 tahun itu lagi.

Vilallah dan saudaranya akhirnya berhasil melarikan diri dari stadion setelah berjuang untuk keluar dari tempat yang sesak itu.

Tapi kemudian dia melihat temannya Evi Syaila, yang sedang berbaring di dekat pintu keluar. Dia lalu membawa gadis berusia 18 tahun itu kembali ke rumahnya dengan berpikir dia tidak menderita luka serius.

Namun, ketika Syaila bangun pada Minggu pagi, dia tidak bisa makan dan minum.

Insiden Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Arema FC vs Persebaya

Photo :
  • VIVA

"Semuanya menyakitkan. Perut saya sakit," katanya.

Syaila dibawa ke rumah sakit setempat di Malang dan dokter mengatakan bahwa dia perlu dirawat di rumah sakit.

Dia yakin seseorang menginjak-injaknya selama kerusuhan tapi dia tidak dapat mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Itu terjadi begitu tiba-tiba. Saya kaget," kata Syaila yang duduk di bangku kelas akhir sekolah menengah pertama.

Sementara keduanya berhasil selamat dari tragedi itu namun Vilalllah kehilangan empat temannya.

"Saya baru mengetahuinya setelah itu sekitar jam 3 pagi."

Dia kehilangan teman laki-laki dan tiga teman perempuan.