Para Pemimpin Dunia Kecam Penembakan Brutal Day Care Thailand
- AP Photo/Sakchai Lalit
BANDUNG – Para pemimpin dunia bereaksi keras dan mengecam aksi penembakan brutal pada hari Kamis, 7 Oktober 2022, yang menewaskan 37 orang, termasuk 22 anak-anak di sebuah pusat penitipan anak (day care) di timur laut Thailand.
Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengungkapkan kekecewaannya atas tragedi di pusat penitipan anak di Uthai Sawan di provinsi Nong Bua Lamphu, sekitar 500 km timur laut Bangkok.
"Saya terkejut mendengar peristiwa mengerikan di Thailand pagi ini. Pikiran saya dengan semua yang terkena dampak. Inggris berdiri bersama rakyat Thailand pada saat yang mengerikan ini," cuitnya, dikutip dari The Sundaily, Jumat, 7 Oktober 2022.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengirimkan ucapan belasungkawa kepada orang-orang yang terkena dampak insiden tersebut.
"Tidak mungkin untuk memahami patah hati dari berita mengerikan di Thailand ini. Semua warga Australia mengirimkan cinta dan belasungkawa mereka," cuitnya.
Amerika Serikat (AS) merasa ngeri dengan penembakan tragis di pusat penitipan anak pada hari Kamis, kata Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan.
"Gambar-gambar itu memilukan dan belasungkawa terdalam kami sampaikan kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai. Kami mengutuk tindakan kekerasan ini dan siap membantu sekutu lama kami, Thailand, dalam apa pun yang mereka butuhkan," katanya.
Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Saifuddin Abdullah juga mengatakan warga Malaysia terkejut dan sangat sedih mengetahui tentang hilangnya nyawa dan cedera yang tragis setelah tragedi mengerikan itu.
"Simpati terdalam kami kepada keluarga yang berduka dan teman-teman yang kehilangan orang yang mereka cintai dan kami berdoa agar mereka yang menerima perawatan pulih dengan selamat," tweetnya.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan o-cha sebelumnya mengatakan bendera nasional Thailand di semua gedung pemerintah akan diturunkan setengah tiang pada hari Jumat setelah tragedi itu.
Diketahui, pelaku adalah seorang mantan polisi yang melarikan diri dari tempat kejadian dengan kendaraan dan kemudian membunuh istri dan putranya sebelum menembak dirinya sendiri.
Polisi mengatakan sebagian besar dari 22 anak berusia antara dua hingga empat tahun ditikam hingga tewas.
Sementara itu, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) juga turut berduka dan terkejut atas kejadian tragis tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, UNICEF mendesak anggota masyarakat dan media untuk menahan diri dari memposting atau meneruskan gambar dan video yang terkait dengan insiden kekerasan ini, karena dapat berdampak negatif lebih lanjut kepada anak-anak, keluarga korban, dan orang yang mereka cintai.
"Unicef ??mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap anak. Tidak boleh ada anak yang menjadi sasaran atau saksi kekerasan dimanapun dan kapanpun," ujarnya.
"Pusat pengembangan anak usia dini, sekolah, dan semua ruang belajar harus menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar, bermain, dan tumbuh selama tahun-tahun paling kritis mereka."
Unicef mengirimkan belasungkawa yang tulus dan simpati terdalam kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai dan yang terluka. Kami bergabung dengan semua orang di Thailand dalam berkabung dan berharap mereka yang terkena dampak menerima dukungan yang tepat dan tepat waktu, tambah organisasi itu.