Survei: Publik Masih Puas atas Kinerja Presiden Jokowi

Presiden Jokowi
Sumber :
  • Muhammad Bagas/tvOne

BANDUNG – Lembaga survei Polmatrix Indonesia menggelar survei terbaru mereka mengenai tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi. Hasilnya menunjukkan publik masih merasa puas, meskipun ada sedikit penurunan.

Dibandingkan dengan survei-survei sebelumnya, tingkat kepuasan publik secara umum turun dari 79,3 persen (Maret 2022) menjadi 77,8 persen (Juni 2022), dan sekarang sebesar 74,6 persen. Tetapi di antaranya sebanyak 6,2 persen merasa sangat puas.

"Di hadapkan pada persoalan global dan domestik, dari soal ekonomi, hukum, hingga kesehatan, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi masih tinggi," kata Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto di Jakarta, Sabtu, 29 Oktober 2022.

Menurut Dendik, tingginya kepercayaan publik menjadi modal yang sangat penting bagi pemerintahan Jokowi periode kedua ini untuk menuntaskan program-program dan kebijakan hingga akhir masa jabatan.

"Menjelang tahun politik, diperkirakan unsur-unsur dalam pemerintahan akan lebih fokus untuk menyiapkan diri menuju gelaran pemilu," kata Dendik.

Jokowi harus bisa memastikan agar dinamika politik tidak mengganggu kinerja pemerintahan.

Gejolak inflasi yang didorong oleh kenaikan BBM bersubsidi berpotensi menggerus tingkat kepuasan publik. Pada gilirannya berbagai isu akan mengarah pada kritik terhadap kebijakan pemerintah, yang dieksploitasi oleh kekuatan-kekuatan politik untuk meraih dukungan.

Tercatat sebanyak 22,3 persen publik masih merasa tidak puas dengan kepemimpinan Jokowi, di antaranya 2,0 persen sangat tidak puas.

"Jika mampu dikelola dengan baik, tingkat kepuasan diharapkan tidak terus merosot dan terjaga tetap tinggi," kata Dendik.

Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada 17-22 Oktober 2022 kepada 2.000 responden mewakili 34 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sebesar ±2,2 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Seperti diketahi bersama, problem yang dialami masyarakat Indonesia terus bertambah. Misalnya saja pandemi COVID-19 yang belum usai, dan kini muncul subvarian XBB. Kemudian, muncul kasus gagal ginjal akut yang telah menelan ratusan korban.

Pemulihan ekonomi juga dibayang-bayangi ancaman resesi global dan dampak invasi Ukraina. Melandainya berkah windfall komoditas memaksa pemerintah mengurangi anggaran subsidi, imbasnya BBM jenis pertalite secara resmi dinaikkan harganya.

Di bidang penegakan hukum, kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian merosot drastis. Kasus pembunuhan Brigadir J oleh Kadiv Propam Ferdy Sambo dan anak buahnya serta tewasnya ratusan suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan mencoreng citra aparat hukum.