Dulu Dicaci, Penertiban Jaring Apung Jatiluhur-Cirata Tuai Manfaat
- Istimewa
BANDUNG – Gagasan Dedi Mulyadi kerap berbenturan dengan keinginan masyarakat. Seperti halnya saat ia menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
Pada saat itu, Dedi memulai gerakan untuk meminimalisir keberadaan jaring apung di Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata.
Keberadaan jaring apung yang tidak terkendali membuat kualitas air waduk merosot. Tentunya, hal itu juga berpengaruh pada kualitas sehingga banyak yang mati dan tak enak untuk disantap.
"Saat itu harga jual ikan juga anjlok Rp 10 ribu sampai Rp 18 ribu per kilo," ujar Kang Dedi saat membuka acara Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Baku Lokal Bagi Masyarakat Purwakarta di Situ Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Rabu, 2 Oktober 2022.
Akhirnya Dedi pun dengan tegas membuat kebijakan untuk melakukan penertiban. Tentunya kebijakan tersebut mendapat kontra dari masyatak, bahkan didemo oleh para pembudidaya jaring apung.
"Saya waktu itu didemo besar-besaran, mereka menolak jaring apung ditertibkan. Tapi kita terus berupaya untuk mengurangi," katanya.
Tak hanya itu, kebijakan tersebut ternyata berimbas juga pada suara Pilbup Purwakarta pada periode selanjutnya. Di mana, suara Dedi anjlok. Namun, pada akhirnya Dedi tetap menang sebagai Bupati Purwakarta dua periode.
"Tapi bagi saya kepentingan masyarakat jauh di atas kepentingan politik. Saya tidak peduli mau didemo sekalipun. Tapi kan pada akhirnya sekarang terasa manfaatnya, kualitas air membaik, kualitas ikan membaik dan saat itu harga ikan melonjak sampai Rp 35 ribu per kilo," ucap Kang Dedi.
Harga, kata Kang Dedi, naik drastis karena jumlah produksi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Berbeda saat jaring apung belum diatur yang membuat jumlah produksi melimpah sehingga harga jatuh di pasaran.
Selain itu terungkap juga fakta jika ternyata para pemilik jaring apung sebelum ditertibkan banyak dimiliki oleh pengusaha dari luar daerah bahkan luar negeri. Sementara warga sekitar hanya sebagai peserta.
"Tapi lihat sekarang, pembudidaya lokal mulai tumbuh. Mereka sekarang punya jaring apung sendiri dan bukan dikuasai oleh pengusaha dari luar," ucapnya.
Kini Kang Dedi tengah mendorong kesadaran para pembudidaya untuk menjaga kebersihan dua waduk tersebut. Kesadaran utama adalah menjaga lingkungan sekitar budidaya agar tidak mencemari kualitas air yang berpengaruh pada ikan.
Selain itu ia pun terus mendorong agar pembudidaya bisa membuat pakan mandiri. Sebab pakan adalah salah satu hal yang membuat ongkos produksi naik.
"Sehingga harus ada solusi bagaimana menekan harga produksi dengan membuat pakan mandiri. Dengan pakan sendiri modal produksi bisa ditekan sehingga bisa lebih untung," ucapnya.
Di tempat yang sama Kepala Badan Riset dan SDM KKP I Nyoman Hadiarta berharap pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari mulai tanggal 2 hingga 3 November 2022 ini bisa membawa manfaat terhadap 300 peserta asal Kabupaten Purwakarta.
Nyoman mengatakan, selama ini salah satu masalah yang dihadapi oleh pembudidaya adalah harga pakan yang mahal sehingga membuat untung menipis.
"Kita tahu sendiri bahwa pakan itu memakan biaya produksi 60-70 persen. Sehingga dengan membuat pakan mandiri, pembudidaya bisa semakin untuk dan lebih sejahtera," kata Nyoman.