Berusia 1 Abad, Bendungan Walahar Jadi Wisata Heritage di Karawang
- Istimewa
BANDUNG – Mengenal sejarah peninggalan masa penjajahan Belanda di Karawang, sejarah tak hanya berupa, cerita, naskah, prasasti atau pun benda kuno lainnya.
Bangunan atau infrastruktur masa lampau yang memiliki nilai sejarah juga termasuk bagian penting dari peninggalan sejarah.
Sepeti halnya di Karawang, sejarah peninggalan masa penjajahan tersebut berupa bendungan, yang berlokasi di wilayah Walahar, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, bendungan tersebut juga diberi nama Bendungan Walahar.
Mengenal Bendungan Walahar
Pelaksana tugas Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Plt Disperpusip) Kabupaten Karawang, Haryanto mengatakan, bendungan Walahar merupakan bendungan bersejarah peninggalan masa penjajahan Belanda, yang hingga masih ada, berfungsi, dan kokoh berdiri di Karawang.
"Bendungan Walahar digunakan untuk mengatur debit air sungai Citarum, yang berguna untuk mengairi sawah seluas ratusan hektare," ujar Haryanto, ketika ditemui di Kantor Disperpusip, Jalan Ahmad Yani, Karawang, Senin, 18 Juli 2022.
Diketahui, Bendungan Walahar membentuk waduk seluas kurang lebih 15 hektare. Bendungan ini berbatasan dengan Gintungkerta sebelah utara, Anggadita, Klari sebelah barat, Kutapohaci, Ciampel sebelah selatan, dan sebelah timur berbatasan dengan Cimahi, Klari.
Pembangunan Bendungan Walahar
Dipaparkan Haryanto, konon proyek pembangunan Bendungan Walahar, dimulai pada tahun 1923 oleh Kerajaan Belanda dengan pengawasan seorang ahli perairan dari Belanda bernama C. Swaan Koopman.
"Bendungan Walahar mulai difungsikan setelah dua tahun dibangun, tepatnya pada tanggal 30 November tahun 1925," ungkapnya.
Bendungan ini dibangun melintang pada aliran Sungai Citarum sehingga membendung sungai seluas 50 meter tersebut.
Bangunan Bendungan Walahar terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian bawah, yang merupakan pintu penahan air yang berjumlah lima pintu.
Kemudian bagian kedua merupakan jembatan seluas tiga meter, yang menghubungkan Klari dan Anggadita, dan bagian ketiga merupakan ruang mesin untuk mengatur sistem bendungan.
"Pintu Bendungan Walahar ini pernah direnovasi pada tahun 1989, dan rehabilitasi kedua pada tahun 2009," kata dia.
Meski sudah berusia hampir satu abad, bendungan karya arsitek negeri kincing angin itu terbilang cukup kuat, hingga kini bendungan masih nampak kokoh dengan bentuk aslinya yang masih dipertahankan dari masa pembangunan.
Fungsi Bendungan Walahar
Bendungan Walahar berfungsi sebagai pengatur debit air sungai Citarum serta mengairi areal persawahan, melansir data Perum Jasa Tirta (PJT) II, saat ini Bendung Walahar digunakan untuk mengairi 105.000 hektar sawah.
Selain itu, bendungan ini juga dipakai untuk menahan air bagi penduduk di Karawang bagian utara, sebagai pencegah banjir ketika musim hujan tiba.
Bendungan ini digunakan pula sebagai sarana rekreasi, lokasi memancing, serta lokasi wisata, selain bernilai sejarah, panorama alam Bendungan Walahar juga cukup memanjakan mata.
Wisata Heritage Karawang
Selain tugu proklamasi, Rumah Singggah Bung Karno, dan Monumen Rawa Gede, Bendungan walahar juga termasuk dalam kategori wisata Heritage di Karawang.
Banyaknya masyarakat yang kerap menghabiskan waktu libur di area bendung ini. Perum Jasa Tirta II merencanakan untuk berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Karawang terkait rencana pembukaan destinasi wisata.
Selain bangunannya yang bernilai estetik tinggi, syarat Bendungan Walahar untuk menjadi destinasi wisata juga sudah cukup terpenuhi, dari banyaknya kuliner dan bangunan tempat istirahat para pelancong yang kerap menghabiskan waktu untuk memancing disana.
"Kata Walahar juga kental dengan Pepes Jambal Haji Dirja, yang letak rumah makannya tak jauh dari bendungan," lanjut Haryanto.
Seperti diketahui, setiap daerah tentu memiliki keunikan atau kuliner khas di setiap daerah, olahan ikan jambal ini, juga mencari ciri khas di Walahar.
Selain dapat menikmati indahnya panorama bendungan dengan berfoto, atau memancing, wisatawan juga bisa menyantap berbagai kuliner olahan ikan yang khas di Bendungan Walahar. (Irv)