Habib Jafar dan Pendeta Marcel Bahas War Takjil, Bikin Onad Ngakak

Habib Jafar, Pendeta Marcel dan Onad
Sumber :
  • Tangkapan Layar

VIVA Bandung – Tren war takjil tengah menjadi trending topik yang ramai diperbincangkan di media sosial, terutama TikTok. Bagaimana tidak, di Ramadhan kali ini banyak umat non muslim yang ikut berburu sejumlah takjil saat penjual takjil baru menjajakan dagangannya.

3 Masjid Ikonik di Kota Bandung, Sarat akan Makna dan Sejarah

Trren war takjil ini dinilai bisa mempersatukan kembali seluruh umat beragama di Indonesia. Bahkan juga sempat membuat pendeta di Gereja Triberias, Marcel Saerang buka suara. Dalam video yang beredar, terlihat Pendeta Marcel menyarankan umat Kristiani untuk ikutan war takjil saat bulan Ramadan ini. Video itu pun ramai dan menjadi hiburan tersendiri di kalangan masyarakat.

Terbaru, pendeta Marcel tampil di podcast Log-In yang dipandu Habib Jafar dan Onad. Menariknya Pendeta Marcel kembali melontarkan guyonan mengenai war takjil.

3 Masjid di Kota Bandung yang Wajib Dikunjungi Wisatawan

"Jadi kemarin ketika bicara tentang Takjil ya itu tadi kenapa di awal karena kan sesuatu yang dipersiapkan lebih awal kan lebih baik ya. Supaya kan kita target memenangkan perang takjil ini ya. Jadi sengaja bahas di gereja karena ini sebuah strategi intelejen pertakjilan yang mau kita menangkan," kata Pendeta Marcel dikutip dari tayangan YouTube Deddy Corbuzier, Selasa (26/3/2024). 

"Sayangnya kalah," timpal Habib Jafar.

Bentrok 2 Kelompok Jemaat Geraja di Jakarta Timur Tidak Bisa Dielakkan, Polisi Ugkap Motifnya

Pendeta Marcel kemudian kembali melontarkan guyonan bahwa perang takjil menjadi momen untuk berjihad.

"Mungkin ya saya enggak tahu ya mungkin ada mata-mata. Kita berjihad lewat takjil," sambungnya.

Sontak saja, pernyataan tersebut langsung dibalas Habib Jafar dengan guyonan yang membuat Onad tertawa terbahak-bahak. Habib Jafar mengungkap bahwa dirinya membiarkan umat non muslim menang war takjil di tahun ini. Namun dia tak tinggal diam, sebab saat Paskah nanti dirinya telah mempersiapkan strategi untuk menyembunyikan semua pendeta. Sehingga saat Paskah, dirinya yang akan berceramah di mimbar pendeta di sejumlah gereja.

"Enggak apa-apa Anda menang takjil. Tapi pas Paskah semua pendeta saya umpetin, yang ceramah habib," sambar Habib Jafar.

Tak mau kalah, Pendeta Marcel juga kembali melontarkan guyonan soal war takjil. Termasuk soal banyaknya pengguna media sosial yang ingin menculiknya supaya khotbah mimbarnya diganti dengan ceramah Habib Jafar.

"Tiktok saya, instagram saya sudah diteror katanya saya mau diculik supaya yang khotbah di mimbar gereja itu Habib Jafar. Itu yang saya takutkan. Tapi saya pikir-pikir begini bib kan katanya saya diculik supaya khotbah di mimbar gereja Habib Jafar, ada kemungkinan yang khotbah di mimbar masjid pendeta Marcel," guyon Pendeta Marcel yang disambut gelak tawa Onad.

"Kita kan selama ini minoritas nih ya. Jadi misalnya tiba-tiba terjadi pertukaran pemain. Terjadi pertukaran anggota, kita menang banyak. Masa kita minoritas terus," timpal Pendeta Marcel.

"Makanya," kata Habib Jafar

"Saya rela bib, culik aku bib," kata Pendeta.

Namun di sisi lain, ketika ditanya lebih serius mengenai war takjil yang ramai di media sosial. Habib Jafar menyebut bahwa dengan adanya war takjil ini dapat membuat umat non muslim bisa merasakan kegembiraan. Sehingga diharapkan tidak ada lagi kesalahpahaman tentang Islam.

"Makanya ketika ada war takjil kita senang karena rahmat cinta Tuhan dalam Islam dirasakan oleh semua. Dan sama sekali tidak melihat dengan begitu orang masuk Islam itu urusan hidayah, itu urusan hak prerogatif Tuhan,"kata Habib Jafar.

Habib Jafar menambahkan,"Tapi paling tidak orang itu bukan hanya mengetahui Islam tapi juga merasakan kegembiraan Islam sehingga dengan merasakan itu pengetahuan jadi utuh. Dengan begitu gue harap tidak ada lagi kesalahpahaman tentang islam sehingga terbangun toleransi antar umat beragama," ujarnya.

Pendeta Marcel juga mengungkap bahwa alasannya menyampaikan war takjil ini ingin memberikan contoh toleransi yang belakangan ini kurang dirasakan.

"Gue dari Manado. Sebenarnya Manado salah satu kota yang bisa kita lihat salah satu kota yang paling toleran. Ketika gue lahir dan dibesarkan di sana, toleransi sudah sangat terasa. Ketika hari-hari ini hidup di Jakarta saya masih tetap membawa nilai yang sama dari Manado tentang toleransi," tukasnya.