Waspada, Mudah Nangis atau Marah Bisa Jadi Tanda Gangguan Jiwa Dini
- Pixabay
BANDUNG – Perubahan karakter pada seseorang secara drastis ternyata bisa menjadi tanda masalah kesehatan mental yang mengintai. Sayangnya, banyak masyarakat kekinian yang kerap menganggap sebagai bentuk baper alias terbawa perasaan sehingga berakhir dengan terlambatnya deteksi dini dan penanganan gangguan jiwa.
Kepala Divisi Psikiatri Forensik Dept.Psikiatri FKUI-RSCM Dr. dr. Natalia Widiasih, SpKJ(K), MPd.Ked, menyebut bahwa ketika gangguan jiwa muncul biasanya telah terjadi onset yang ditengarai oleh perubahan suasana hati.
Perubahan tersebut terjadi secara drastis dan mendadak tanpa gejala nyata, yang jarang disadari orang di sekitar.
"Biasanya happy, tiba-tiba diam, banyak nangis, narik diri. Ada perubahan emosi nggak biasa atau ngomong nggak nyambung, lupaan, nggak konsen, ada tanda orangnya alami kejiwaan. Perilaku teliti jadi gampang marah. Itu juga, orang yang sangat terkontrol jadi hilang kontrol, itu tanda-tanda khas," ujarnya dalam webinar beberapa waktu lalu.
Menurut Natalia, hal itu seharusnya dipahami oleh orang-orang yang begitu dekat dan mengenalnya.
Seringnya, mengenali perubahan tersebut ditandai dengan tak ada motif jelas dan alasan di balik sikap emosionalnya itu. Akan tetapi, perubahan tersebut sulit dikenali pada mereka yang bersifat introvert.
"Biasanya yang kenal, orangnya kenal sama dia (lihat tandanya). Ada juga orang introvert itu yang nggak bisa kita baca karena cuma dia yang tahu, kalau kita nggak tanya motifnya kita nggak tahu. Biasanya deteksi seperti itu. Tanda-tanda tak lazim pada individu yang dekat dengan kita," tuturnya.
Di sisi lain, banyak orang yang kemudian menganggap sepele dan menyebutnya baper. Padahal sejatinya, respons yang dinilai berbeda dan berlebihan itu mungkin menjadi tanda adanya perbedaan prinsip hingga emosi yang dialami.
Maka, Natalia mengimbau untuk tak menudingnya baper dan segera dekati agar ia mau bercerita lebih lanjut mengenai emosi yang dialami sebelum nantinya mengarah ke gangguan jiwa.
"Sering ada kejadian. Temennya becanda dan malah gugat temennya, itu dianggap ganggu dan oramg itu perbuatan tidak meyenangnkan. Itu juga perbedaan value. Atau mungkin, menyikapi berlebihan sampai marah, jangan-jangan itu ada potensi gangguan (jiwa). Jangan maki atau distigma, makin sendirian dan frustasi dan itu yang membuatnya nggak ada support jadi timbul gangguan kejiwaan," terangnya.
Natalia mengatakan bahwa tidak semua indikasi gangguan kejiwaan dapat dilihat secara kasat mata, kecuali menunjukkan gejala yang dipahami orang awam dari Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Seringkali, tanda pada ODGJ yang mudah dilihat mulai dari tidak ada perawatan diri, berbicara sendiri, atau tidak bisa diajak diskusi.(dra)