Alasan Kenapa Natal Identik dengan Warna Merah dan Hijau
- Pixabay
BANDUNG – Hari ini umat Kristiani di penjuru dunia tengah merayakan Hari Raya Natal. Natal adalah momen perayaan di mana Yesus Kristus telah lahir ke dunia.
Seluruh umat Kristiani pergi ke gereja untuk merayakan hari Natal. Saat menyambut Natal, umat Kristiani tak lupa mempersiapkan segala sesuatunya dengan detail, seperti dekorasi rumah yang cantik, acara tukar kado sampai sajian kue kering yang enak serba warna hijau dan merah.
Masyarakat telah lama mengasosiasikan Natal dengan kombo warna klasik ini. Tentu, merah dan hijau menjadi pasangan yang indah, tetapi mengapa perayaan Natal diidentikkan dengan warna merah dan hijau?
Melansir laman Home of Taste, penggunaan warna ini sebenarnya dimulai berabad-abad yang lalu, ketika warna digunakan untuk memperingati hari libur yang berbeda. Orang Celtic kuno memuja tanaman holly berwarna merah dan hijau karena selalu hijau dan percaya bahwa holly dimaksudkan untuk menjaga bumi tetap indah selama musim dingin yang terasa sunyi.
Jadi ketika Natal di sejumlah daerah dirayakan sebagai titik balik matahari musim dingin, masyarakat Celtic Kuno mendekorasi rumah mereka dengan holly untuk memberikan perlindungan dan keberuntungan bagi keluarga mereka di tahun yang akan datang.
Tradisi memasangkan kurma merah dan hijau berlanjut hingga abad ke-14 ketika warna tersebut digunakan untuk mengecat layar rood abad pertengahan, yaitu partisi yang dipasang di gereja untuk memisahkan jemaat dari pendeta dan altar.
Sementara itu ilmuwan peneliti di University of Cambridge, Spike Bucklow berspekulasi bahwa batas fisik ini dapat memengaruhi orang Victoria untuk mengasosiasikan warna dengan batas yang berbeda, menandai akhir tahun lama dan awal tahun baru saat Natal.
Terlepas dari tradisi keagamaan yang bermakna ini, ada satu orang yang patut kita syukuri karena mengukuhkan warna merah dan hijau sebagai warna Natal adalah Haddon Sundblom. Tidak pernah mendengar tentang dia? Dia adalah orang yang disewa Coca-Cola untuk menggambar Sinterklas untuk iklan perusahaan.
Hingga saat itu, penggambaran artistik Sinterklas tidak pernah konsisten. Dia biasanya pria yang tampak kurus, dan jubahnya bervariasi antara biru, hijau, dan merah. Sundblom memilih membuatnya gemuk dan periang, mengenakan jubah merah (dan, yang cukup menarik, warnanya sama dengan logo Coke).
Seperti yang dikatakan Arielle Eckstut, rekan penulis Secret Language of Color, kepada NPR, bahwa keputusan kreatif membuat perbedaan. Tentu saja, iklan tersebut semakin populer, dan orang-orang mengenal Sinterklas Sundblom sebagai yang asli.
"Itu memantapkan dalam imajinasi kolektif kita tentang merah jubah Santa dengan hijau pohon cemara dan holly dan poinsettia yang sudah ada dalam pikiran kita," katanya.(dra)