Layanan Next Big Thing di Indonesia Perlu Disempurnakan
- Istimewa
Nur Islami Javad, Vice President Startup Bandung, mengatakan, sejauh ini dirinya menilai Metanesia Telkom sudah memimpin pasar dari sisi produk. Akan tetapi, secara bisnis hal ini belum cukup karena belum terlibat di banyak proyek global Metaverse.
"Entah siapa yang akan jadi semacam Gojek-nya dalam Metaverse di Indonesia, tapi saya kira Metanesia harus terlibat dengan proyek-proyek bisnis Metaverse global agar cashflow nutup. Kalau hanya fokus di produk akan sulit, sehingga nantinya layanan tidak bisa jadi mass services," katanya.
Dia mencontohkan salah satu startup kecil di Bandung yang juga menggarap Metaverse, bisa bertahan sampai sekarang bukan dari penggunan ritel dalam negeri. Tapi karena terlibat Metacost Collabs secara global, sehingga arus kas perusahaan lancar.
"Kemudian ada juga komunitas Gajah Crypto sendiri, ini juga kemarin terlibat kolaborasi project global di Bali September lalu yang dihadiri 1.400 audience dari 52 negara. Ini akan membuat inovasi jalan tapi disertai nafasnya yang lebih panjang," katanya.
Jeff, sapaannya, mengatakan, momentum menjadi hal penting dalam next big things. Dia kembali mencontohkan Gadjah Society NFT yang di akhir 2021 nekat membuat NFT sekalipun minim kompetensi. Namun karena momen pas, akhirnya menjadi Top 2 Global Chain dengan 50.000+ society member global.
Bahkan, kini sudah punya guest house di Way Kambas, Lampung sebagai bagian penyisihan keuntungan cypto. Akan tetapi, ketika idealisme seni mulai digarap Gadjah Society awal tahun 2023, ternyata tidak mudah menarik atensi karena telat masuk.
"Kuncinya buat next big thing Telkom itu adalah bagaimana menciptakan sebanyak mungkin pengguna, aktivitas, dan interaksi di dalamnya," katanya.