Perbedaan Cacar Monyet dengan Cacar Air, Berikut Pencegahannya
- Pixabay
BANDUNG – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi bahwa kasus virus cacar monyet atau monkeypox telah terdeteksi di Indonesia. Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril mengatakan pasien tersebut adalah warga DKI Jakarta yang melakukan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis sebelum akhirnya terkonfirmasi pada 19 Agustus 2022.
"Setelah berkonsultasi ke beberapa fasilitas kesehatan, pasien masuk ke salah satu rumah sakit milik Kemenkes pada tanggal 18 Agustus dan hasil tes PCR pasien terkonfirmasi positif pada malam hari tanggal 19 Agustus," papar Syahril dalam siaran tertulis pada Sabtu 20 Agustus 2022.
Dia juga mengungkap gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan bila dibandingkan dengan virus endemik yang berasal dari Afrika tersebut.
Menurut Syahril gejala awal virus cacar monyet dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.
Namun perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.
"Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu," jelasnya.
Sementara itu, dokter di Medanta Hospital, Dr Ramanjit Singh mengatakan gejala penyakit cacar monyet antara lain demam, malaise, sakit kepala dan tenggorokan.
Menurut Singh, seperti dikutip dari Medical Daily pada Minggu 21 Agustus 2022 semua gejala tersebut muncul sekitar empat hari sebelum lesi kulit dan ruam dimulai, terutama dari tangan dan mata sebelum akhirnya menyebar ke seluruh tubuh.
Hal senada diungkapkan direktur medis di Batra Hospital, Dr SCL Gupta yang juga mengatakan gejala penyakit seperti sakit tenggorokan, demam, dan tanda-tanda penyakit akibat virus.
"Tanda utama virus ini ruam pada tubuh yang berisi cairan di dalamnya. Hal ini menyebabkan infeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh. Namun masalah muncul karena komplikasinya," ujar dokter Gupta.
Sementara itu, menurut Gupta cacar air disebabkan oleh virus RNA.
Dari sisi gejala penyakit cacar air sendiri juga tidak separah cacar monyet meski tetap menyebabkan ruam kulit dari yang dialami oleh pasien.
Cara Cegah Virus Penyakit Cacar Monyet
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan kasus cacar monyet sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan secara global.
Hingga saat ini menurut catatan WHO setidaknya terdapat sekitar 89 negara yang sudah melaporkan adanya kasus cacar monyet di negaranya masing-masing dan terus berusaha menghentikan penularan virus tersebut dengan menutup pintu masuk wilayahnya.
Di Indonesia, Kemenkes juga terus melakukan pantauan intensif di seluruh pintu masuk baik melalui jalur udara, laut, dan darat setelah adanya konfirmasi mengenai satu warga DKI Jakarta yang terserang monkeypox atau cacar monyet.
Sementara itu bagi masyarakat, Kemenkes juga menyarankan untuk melakukan pola hidup sehat yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus cacar monyet sebagaimana dikutip dari laman kemkes.go.id antara lain; Menghindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi) dan memasak daging dengan benar dan matang.
Kemudian sebisa mungkin tidak melakukan kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit serta melakukan pemisahan dengan pasien yang diduga terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
Kemenkes juga meminta masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih dengan rajin mencuci tangan yang baik dan benar setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi.
Terakhir, mereka juga menyarankan untuk menggunakan alat pelindung diri atau APD bagi dokter atau perawat saat melakukan penelitian terhadap pasien yang diduga terinfeksi virus cacar monyet.(dra)