Twitter Batal Luncurkan Fitur Monetasi Konten Dewasa Bak OnlyFans

OnlyFans
Sumber :
  • LADbible

BANDUNG – Raksasa media sosial Twitter membatalkan fitur untuk memonetisasi konten dewasa di platformnya karena alat yang tidak memadai untuk mendeteksi konten yang menampilkan pelecehan seksual terhadap anak.

Selamat! Anda Meraih Saldo DANA Gratis Rp200 Ribu, Cek Caranya Ambilnya Disini

Sebelumnya Twitter akan meluncurkan fitur seperti OnlyFans bagi pembuat konten dewasa untuk menghasilkan uang di platform, menurut situs The Verge, Kamis, 1 September 2022.

Rencana ini tidak mengherankan mengingat Twitter sudah menjadi salah satu platform utama yang digunakan oleh pembuat konten dewasa untuk mengiklankan akun OnlyFans mereka.

Ingin Dapat Saldo DANA Gratis Tiap Hari? Cek Disini Caranya

Raksasa teknologi itu adalah satu-satunya platform utama yang membolehkan memposting pornografi. Tahun lalu, Twitter mencoba bersaing dengan OnlyFans dengan 'Super Follows' yang memungkinkan pengguna membayar selebriti untuk tweet yang dibuat.

Perusahaan yang didirikan Jack Dorsey kemudian memutuskan untuk melangkah lebih jauh dan meluncurkan fitur yang memungkinkan pembuat konten dewasa untuk menjual langganan berbayar.

Terbaru, Reaksi Hercules Usai Ditantang Duel oleh Abah Jawara Garut

Laporan April yang menguji proyek baru yang disebut Monetisasi Konten Dewasa (ACM) menemukan bahwa Twitter tidak dapat secara efektif menangani konten seksual berbahaya di platform.

Investigasi dokumen yang bocor dan wawancara dengan karyawan mengungkapkan bahwa Twitter telah mengumpulkan 84 orang 'Tim Merah' pada bulan April untuk 'menguji keputusan untuk mengizinkan pembuat konten dewasa memonetisasi platform, yang secara khusus memfokuskan tentang bagaimana Twitter melakukan ini dengan aman dan bertanggung jawab'.

"Twitter tidak dapat secara akurat mendeteksi eksploitasi seksual anak dan ketelanjangan non-konsensual dalam skala besar," bunyi kesimpulan Tim Merah.

Proyek ini mengungkapkan kelemahan dalam penanganan konten Eksploitasi Seksual Anak (CSE) yang ada di Twitter.

Sementara jumlah CSE online telah tumbuh secara eksponensial, investasi Twitter dalam teknologi untuk mendeteksi dan mengelola pertumbuhan belum mencapainya, menurut laporan tim.(dra)