Perlu Diketahui, Ini Tanda-tanda Orang yang Hiperseks
- Pixabay
BANDUNG – Berhubungan seksual bagi banyak pasangan tentu memberi kenikmatan tersendiri, baik itu secara mental dan fisik. Namun di sisi lain, tak sedikit pasangan yang kerap meminta 'jatah' bercinta tanpa henti hingga terpikir akan kelainan hiperseksual. Bagaimana membedakannya?
Pada dasarnya, bercinta dapat membangun kedekatan dan keintiman tiap pasangan sehingga pada akhirnya membantu kelanggengan pernikahan tersebut. Apalagi, seks sendiri menempati urutan nomor dua dalam 'kebutuhan' pasangan suami istri. Kendati begitu, ada sejumlah kondisi yang membuat seks justru terasa menyiksa lantaran bercinta terus menerus hingga dinilai sebagai gangguan hiperseksual.
"Hiperseks itu sudah penyimpangan seks. Melakukan hubungan seks berkali-kali, dia tidak alami kenikmatan. Ada dasar-dasar gangguan jiwa," tutur dokter kandungan sekaligus seksolog, dr. Boyke Dian Nugraha, beberapa waktu lalu.
Untuk kasus tersebut, tentu harus ada diagnosa dari tenaga medis profesional serta terapi lebih lanjut. Menurut dokter Boyke, penting sejumlah terapi diberikan agar gangguan hiperseksual bisa diatasi sehingga tak mengganggu jalannya pernikahan atau hubungan dengan pasangan.
"Salah satu terapi diberikan dengan pendekatan ke arah agama. Karena di terapi seks, selain psikis, hormonal, juga terapi-terapi spiritual. Banyak dzikir bagi yang muslim, ke gereja untuk non muslim. Dan alihkan keinginan seks pada hal-hal lebih positif karena seks itu energi dan itu bisa dialihkan," tuturnya.
Salah satu tanda hiperseks sendiri dilihat dari keinginan pasangan untuk bercinta berkali-kali dan tak nampak puas. Bahkan, pengidap hiperseks seringkali akhirnya memilih selingkuh atau 'nambah' istri demi memuaskan nafsunya.
"Biasanya mereka kalau tidak selingkuh, nambah istri. Pada beberapa pria yang artinya merasa dirinya kelainan, karena mereka tidak pernah puas dengan pasangan," tuturnya.
Dikutip dari laman Very Well Mind, saat ini, gangguan hiperseksualitas ditandai dengan gangguan kontrol impuls dan kecanduan perilaku. Gangguan perilaku seksual kompulsif (CSBD) diklasifikasikan di bawah Klasifikasi Penyakit Internasional, revisi ke-11 (ICD-11), sebagai gangguan kontrol impuls.
Ini mendefinisikan CSBD sebagai pola kegagalan yang terus-menerus untuk mengontrol impuls atau dorongan seksual yang intens dan berulang yang dihasilkan dalam perilaku seksual yang berulang. Gejalanya meliputi:
Aktivitas seksual yang berulang menjadi fokus utama dari kehidupan seseorang, hingga mengabaikan kesehatan dan perawatan pribadi atau minat, aktivitas, dan tanggung jawab lainnya.
Banyak upaya yang gagal untuk secara signifikan mengurangi perilaku seksual berulang. Perilaku seksual berulang yang terus berlanjut meskipun konsekuensi yang merugikan atau menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali kepuasan darinya.
Seseorang memasuki pola kegagalan untuk mengendalikan dorongan atau dorongan seksual yang kuat, yang mengakibatkan perilaku seksual berulang yang bermanifestasi selama periode yang lama (misalnya, enam bulan atau lebih).
Hal ini menyebabkan penderitaan yang nyata atau gangguan signifikan dalam fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. Penting untuk dicatat bahwa kesusahan yang sepenuhnya terkait dengan penilaian moral dan ketidaksetujuan tentang impuls, dorongan, atau perilaku seksual tidak cukup untuk memenuhi persyaratan ini.(dra)