Penemuan Mengerikan di Peru Disebut Korban Tumbal!
- Huanchaco Archaeological Program
BANDUNG – Sisa-sisa lusinan korban tumbal anak telah ditemukan di Peru, Amerika Selatan dan masih banyak lagi yang mungkin menunggu untuk ditemukan, kata para arkeolog.
Kerangka tersebut menunjukkan bukti bahwa jantung anak-anak itu telah diambil, kata Gabriel Prieto, asisten profesor antropologi di Universitas Florida yang memimpin penggalian di Pampa La Cruz, situs dekat Huanchaco di mana jenazah itu ditemukan.
Total 76 kerangka memiliki 'potongan bersih melintang di tulang dada' yang menunjukkan bahwa mereka mungkin membuka tulang rusuk dan kemudian mengeluarkan jantungnya.
"Mereka dikubur dalam posisi memanjang, dengan kaki mengarah ke timur. Para korban dikuburkan di atas gundukan buatan," imbuhnya.
Tidak jelas mengapa posisi pengorbanan ditempatkan di tempat ini. Sebelumnya arkeolog pernah mengira bahwa daerah itu dan khususnya gundukan itu bebas dari pengorbanan anak-anak Chimu. Tetapi yang ditemukan malah sebaliknya.
Penggalian telah berlangsung di Pampa La Cruz selama beberapa tahun. Sejauh ini, 323 korban tumbal anak telah ditemukan di lokasi tersebut, dan 137 korban kurban anak dan tiga orang dewasa lainnya ditemukan di lokasi terdekat yang disebut Las Llamas.
Sisa-sisa ini juga menunjukkan bahwa jantung anak-anak itu telah diambil, menurut laman Live Science, Minggu, 9 Oktober 2022.
Berdasarkan temuan arkeologis yang ditemukan sejauh ini, kemungkinan masih banyak lagi pengorbanan anak yang menunggu untuk ditemukan di dekat Huanchaco. Kemungkinan jumlahnya bisa lebih dari 1.000 korban.
Penanggalan radiokarbon perlu dilakukan pada 76 kerangka yang baru ditemukan. Tumbal yang sebelumnya ditemukan di Pampa La Cruz bertanggal antara 1100-1200 M.
Sekitar waktu tersebut orang-orang Chimu, yang terkenal dengan kerajinan logamnya yang bagus dan kota Chan Chan berkembang pesat di daerah tersebut.
Mengapa Chimu melakukan pengorbanan anak di daerah ini dalam skala besar masih tidak jelas, kata Prieto. Tetapi Chimu juga membangun sistem irigasi buatan dan ladang pertanian baru di dekatnya, dan beberapa pengorbanan mungkin dilakukan untuk 'menguduskan' sistem pertanian ini.
Orang-orang yang tinggal di Huanchaco selama milenium pertama Masehi juga mempraktikkan pengorbanan manusia di daerah itu, kata Richard Sutter, seorang profesor antropologi di Universitas Purdue Fort Wayne.
Para cendekiawan yang tidak terlibat dalam penggalian Peter Eeckhout menjelaskan bahwa pengorbanan anak sulit untuk dijelaskan.
Ini karena tulisan tidak digunakan di Peru dan dengan demikian tidak ada catatan tertulis yang merinci kematian anak-anak tersebut. Masalah dengan perubahan iklim atau lingkungan yang mungkin telah mengganggu pertanian di daerah tersebut dapat berperan dalam praktik pengorbanan.
"Saya pikir alasan pengorbanan itu kemungkinan terkait dalam beberapa cara dengan respons budaya terhadap perubahan lingkungan yang membawa pergolakan budaya yang signifikan. Mungkin ada asosiasi dengan peristiwa lingkungan seperti El Nino, misalnya," jelas Eeckhout.