Dari 241 Kasus Gangguan Ginjal Akut, 133 Pasien Meninggal Dunia
- Pixabay
BANDUNG – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa kasus gangguan ginjal akut kian bertambah hingga lebih dari 200 pasien. Bahkan, terkonfirmasi kasus kematian balita dari data tersebut akibat gagal ginjal akut sudah mencapai 133 jiwa di 22 provinsi di Indonesia.
"Telah dilaporkan adanya 241 gangguan ginjal akut di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus. Jadi seperti kita lihat, ini terjadi peningkatan mulai bulan Agustus," ujar Menkes Budi dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Jumat 21 Oktober 2022.
Menurut Menkes Budi, kejadian kematian akibat gangguan ginjal akut memang bisa terjadi namun angkanya kecil. Sementara pada kasus ini, terjadi lonjakan kasus kematian gangguan ginjal akut hingga 30 pasien dalam sebulan.
"Sebulan 1-2 (kasus kematian) nggak pernah tinggi. Lonjakan di Agustus naik 36 kasus. Begitu ada kenaikan kita mulai lakukan penelitian, ini penyebabnya apa. Di September, Kemenkes lakukan penelitian penyebabnya apa," terangnya.
Lebih dalam, Menkes Budi menjabarkan bahwa kasus gangguan ginjal akut tersebut menyerang anak terutama dengan usia di bawah 5 tahun. Gejalanya pun terbilang tidak khas dimulai dengan demam lalu kehilangan nafsu makan. Setelahnya, baru merujuk ke gangguan ginjal seperti buang air kecil sedikit (oliguria) atau bahkan tidak sama sekali (anuria).
"Kita lihat yang masuk RS cepat sekali kondisinya memburuk sesudah lima hari urine menurun secara drastis," jelas Menkes.
Menkes juga membantah keterkaitan COVID-19 dan vaksin COVID-19 pada balita dengan gangguan ginjal akut. Sebab, sudah dilakukan tes dan terbukti hasil imunitas dari vaksin COVID-19 sangat rendah dan tak ditemukan SARS-CoV-2 pada pasien.
"Bukan gara-gara vaksin COVID-19 dan COVID-19," tegas Menkes.(dra)