Ribuan Akun Penipuan Dibekukan oleh Meta, Ancaman Masih Mengintai

Meta
Sumber :
  • id.pinterest.com

VIVABandungMeta, perusahaan induk Facebook, WhatsApp, dan Instagram, telah mengambil langkah tegas dengan menghapus lebih dari dua juta akun terkait operasi penipuan terorganisir di Asia Tenggara. \Operasi yang dikenal dengan istilah "pig butchering" atau "jagal babi" ini telah menjadi momok menakutkan bagi pengguna internet.

Samsung Galaxy Tab A9+ Dukung Multitasking Tiga Aplikasi Sekaligus di Layar

Dalam pengumuman resminya, Meta mengungkap modus operandi sindikat kejahatan yang canggih ini.\ Para pelaku menggunakan platform media sosial untuk membangun kepercayaan korban, menyamar sebagai kontak romantis atau profesional sebelum menjerat mereka dalam skema investasi kripto palsu.

Meta

Photo :
  • id.pinterest.com
Samsung Galaxy Tab A9+ Tawarkan Layar 11 Inci dengan Refresh Rate 90Hz

Fenomena penipuan ini mencapai puncaknya selama pandemi COVID-19. Kompleks-kompleks penipuan yang tersebar di Myanmar, Kamboja, Laos, dan Filipina beroperasi layaknya pabrik modern, dengan memaksa ribuan pekerja untuk melakukan penipuan.

Menurut U.S. Institute of Peace, setidaknya 300.000 orang terjebak dalam operasi kriminal ini pada tahun 2023.

Gmail dalam Bahaya, Modus Penipuan AI yang Semakin Canggih

Kerugian finansial yang ditimbulkan sangat mencengangkan. Diperkirakan korban mengalami kerugian tahunan lebih dari 64 miliar dolar AS. Para penipu menggunakan pendekatan psikologis yang rumit, membangun hubungan emosional palsu selama berminggu-minggu sebelum akhirnya menipu korban.

Tindakan Meta kali ini sangat signifikan. Perusahaan telah mengklasifikasikan jaringan penipuan ini dalam kategori "Organisasi dan Individu Berbahaya", status yang biasanya diberikan kepada kelompok teroris.

Langkah ini memungkinkan mereka untuk lebih agresif menghapus akun, halaman, dan grup terkait.

Selain penghapusan akun, Meta juga telah mengimplementasikan sistem peringatan di Messenger dan Instagram Direct Message untuk melindungi pengguna dari aktivitas mencurigakan.

Kolaborasi dengan lembaga penegak hukuh internasional, termasuk Kepolisian Kerajaan Thailand, turut mendukung upaya pembongkaran jaringan.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa penipuan "jagal babi" belum sepenuhnya dapat diberantas. Dibutuhkan kerja sama komprehensif antara perusahaan teknologi, penegak hukum, pemerintah, dan masyarakat untuk menghadapi ancaman kejahatan siber yang semakin canggih.

Masyarakat diimbau untuk selalu waspada, tidak mudah percaya dengan tawaran menggiurkan di media sosial, dan selalu memverifikasi identitas sebelum melakukan transaksi apapun secara daring.