Ini Alasannya, Kenapa Beli Nasi Padang Dibungkus Porsinya Lebih Banyak

Ilustrasi Masakan Padang
Sumber :
  • Istimewa

BANDUNG – Nasi padang adalah suatu hidangan yang disajikan secara lengkap, secara prasmanan dengan daging, ikan, sayuran, dan makanan pedas dimakan dengan nasi putih.

Perjalanan Gemilang Garuda Muda di Piala Asia U-23 2024 Dipuji Pelatih Irak

Nasi padang termasuk komoditas ekspor paling terkenal yang berasal dari Kota Padang atau Minang di Sumatera Barat.

Bahkan, masyarakat Minangkabau yang merupakan daerah asal nasi padang mempunyai kontribusi yang besar untuk masakan Indonesia.

Berbanding Jauh, Segini Perbandingan Statistik Timnas Indonesia vs Uzbekistan di Piala Asia U-23

Tahukah anda jika membeli nasi padang dibungkus porsinya terasa lebih banyak. Mitos atau fakta, jika beli nasi padang di bungkus, porsinya akan lebih banyak. Hal itu diterangkan oleh Uda Minto, pemilik rumah makan Padang, di Pasar Loji, Karawang, pada Selasa, 3 Mei 2022.

Ia bercerita pada zaman kolonial Belanda orang yang membeli Nasi Padang dan makan di tempat, mayoritas adalah orang Belanda.

Lolos ke Perempat Final, Mungkinkah Timnas Indonesia U-23 Bisa Berlaga di Olimpiade Paris 2024?

"Nasi Padang dikenal makanan mahal, kalau dulu, orang yang makan ditempat biasanya orang Belanda, sedangkan orang pribumi biasanya dibungkus," ujar Minto.

Pemilik rumah makan yang memang orang pribumi, lantas memberi prosi seukuran batok (centong) nasi berukuran kecil untuk mengelabui harga agar orang Belanda menambah porsi dan menambah uang jika merasa perutnya kurang kenyang.

"Ceritanya, kalau diberi porsi kecil orang Belanda akan nambah porsi dan nambah uang untuk makan, sedangkan dulu orang pribumi mayoritas hidupnya miskin. Mereka jika membeli Nasi Padang akan dibungkus karena untuk dimakan rame-rame di rumah," kata dia.

Mengetahui hal itu, pemilik rumah makan lantas menambah porsi nasi lebih banyak, sebab mereka tahu bahwa satu bungkus nasi untuk dimakan rame-rame, hal itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas antar pribumi.

"Itu sudah kebiasaan dari zaman dulu, kenapa porsi dibungkus lebih banyak? Karena pemilik rumah makan juga tahu bahwa warga pribumi beli bukan untuk dimakan sendiri," imbuhnya.

Ditambahkan Minto, saat ini jika pemilik atau pedagang Nasi Padang itu benar-benar orang Padang atau Minang. Budaya menambah porsi lebih banyak jika dibungkus masih tetap berlaku.

"Kalau yang dagang asli dari Padang atau Minang, budaya menambah porsi dibungkus itu masih berlaku, sebab sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun," kata Minto.

Ia mengungkap, memberi porsi lebih banyak dibungkus merupakan budaya turun temurun sebagai bentuk solidaritas antar warga pribumi. Namun hal itu tentu saja tidak berlaku di semua rumah makan Padang.

"Sebenarnya tidak semua begitu, tapi memang kalau dia benar-benar orang Padang sudah pasti akan menambah porsi. Karena itu sudah jadi semacam tradisi," kata dia.

Lantas apa bedanya rumah makan Padang dengan rumah makan Minang? Hal itu dijelaskannya Uda Minto, jika rumah makan Padang sudah termasuk umum namun tidak dengan rumah makan Minang.

"Kalau nasi Padang sudah menjadi umum, beda dengan rumah makan Minang, dia khusus. Perbedaan paling mencolok, rumah makan Padang yang masak tidak selalu orang Padang, tapi kalau rumah makan Minang, yang masak itu mesti orang Minang asli," katanya.

Dua perbedaan itu juga didasari sebagai tradisi turun temurun orang masyarakat Minang, "Ibarat peribahasa, masakan ibu sudah pasti lebih enak dari pada masakan lain. Orang Minang percaya jika yang memasak asli orang Minang rasanya tidak akan berubah, akan tetap enak," pungkasnya. (Irv)