Aremania Gerakan Aksi Sejuta Surat untuk Presiden Jokowi
- VIVA/Lucky Aditya
BANDUNG – Gerakan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan terus digelorakan Aremania. Mereka memandang pengusutan Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu cenderung jalan di tempat. Sementara Duka Tragedi Kanjuruhan sampai saat ini masih membekas dan melukai hati Arek-arek Malang.
Dalam Tragedi Kanjuruhan catatan resmi pemerintah sebanyak 135 nyawa meninggal dunia pada malam memilukan itu. Efek peristiwa itu ternyata meluas terutama pada keluarga korban yang ditinggalkan.
Seorang anak bernama Cahaya Meida Salsabila bocah kelas 5 SD di Tumpang, Kabupaten Malang, berlarut-larut dalam kesedihan ditinggalkan oleh kakak dan ayah tercintanya akibat Tragedi Kanjuruhan. Dia jatuh sakit, hingga ajal menjemputnya. 135 plus 1 bukan hanya sekedar angka. Tetapi mereka adalah korban Tragedi Kanjuruhan.
Gerakan perlawanan di Malang terus tumbuh. Secara bergelombang demonstrasi besar-besaran dilakukan oleh Aremania karena merasa tidak puas dengan penanganan Tragedi Kanjuruhan yang hanya berhenti di 6 tersangka.
Gerakan simpatik lainnya juga dilakukan Aremania. Mereka bakal mengirim surat untuk Presiden Joko Widodo. Sebagai bagian dari anak bangsa mereka ingin keberpihakan pemerintah dalam urusan kemanusiaan.
Jubir aksi kirim surat cinta ke presiden Rama Charis mengatakan, Tragedi Kanjuruhan bukan hanya urusan suporter tapi ini urusan kemanusiaan. Karena Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dengan jelas menyatakan bahwa Tragedi Kanjuruhan adalah pelanggaran HAM.
"Harapan keadilan tidak akan pernah surut bagi Arek-arek Malang. Surat ini tidak akan hanya berwujud simbolis, tapi lebih kepada pesan tegas bahwa tidak ada tengat waktu bagi Arek Malang untuk memintakan keadilan bagi 136 nyawa dan korban luka-luka lainya," kata Rama Charis, Selasa, 15 November 2022.