Ketika Lukisan Tokoh Bangsa Tak Dihargai 'Pengusir' Kang Dedi

Kang Dedi angkut lukisan di Gedung Kembar
Sumber :
  • Istimewa

BANDUNG – Sejak lama Gedung Kembar Purwakarta dikenal sebagai kantor Kang Dedi Mulyadi. Dari tempat ini banyak lahir sejumlah gagasan yang membuat Kabupaten Purwakarta namanya menggema di seluruh Indonesia bahkan dunia.

Dedi Mulyadi Minta Maaf Kepada Keluarga 7 Terpidana Kasus Vina Usai PK Ditolak MA

Sejak beberapa waktu lalu Kang Dedi bersama stafnya tak lagi berkantor di tempat tersebut. Ia pun pindah ke kantor baru yang letaknya tak begitu jauh dari Gedung Kembar.

"Dulu Gedung Kembar ini dua-duanya kumuh kemudian saya ubah yang satu menjadi kantor dan satu lagi menjadi museum diorama," ujar Kang Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi Tanggapi Penolakan PK 7 Terpidana Kasus Vina Cirebon: Terus Berjuang

Ia mendapat informasi barang-barang pribadinya seperti sejumlah karya seni yang menghiasi Gedung Kembar sudah dikeluarkan. Padahal barang-barang tersebut semuanya memiliki nilai sisi estetika yang tinggi dalam menjaga kewibawaan sebuah gedung.

"Tapi karena sudah tidak diperkenankan lagi staf saya ngantor di gedung itu maka kita harus menerima dengan baik dan pindah ke kantor baru untuk merumuskan berbagai pikiran dan gagasan yang bermanfaat bagi kepentingan rakyat," ujarnya.

Dedi Mulyadi Komitmen Majukan Sektor Pertanian Jawa Barat

Untuk itu ia pun bergegas menuju Gedung Kembar untuk mengemas sejumlah barang tersebut untuk dipindahkan ke kantor yang baru. "Hidup harus dijalani dengan tenang dan lapang dada, kita menerima apapun dalam hidup ini karena itu semua sudah kehendak Allah. Kita tidak boleh menolak karena setiap peristiwa ada hikmahnya," katanya.

Saat baru sampai, Kang Dedi langsung disambut dan dipeluk oleh penjaga Gedung Kembar bernama Yayan. Ia pun menitipkan pesan agar Yayan tidak bersedih dan tetap setia menjaga gedung bersejarah tersebut.

Kang Dedi angkut lukisan di Gedung Kembar

Photo :
  • Istimewa

Di sana terlihat sejumlah karya seni seperti lukisan berbagai tokoh bangsa sudah berserakan di luar Gedung Kembar. Bagi Kang Dedi karya seni tersebut merupakan aset karena ia selama ini tidak mengoleksi emas, berlian atau jam tangan mewah.

"Sebenarnya saya sudah lama gak ngantor di sini, cuma staf saya yang ngantor di sini. Ngantor di sini itu menyerap seluruh keluhan warga dan kita banyak menangani masalah dari kantor ini, kemudian merumuskan berbagai hal untuk menyempurnakan pembangunan di sini," ucap Dedi.

Sudah tak terhitung berapa banyak karya pembangunan dan program yang lahir dari Gedung Kembar saat Kang Dedi Mulyadi menjabat sebagai Bupati Purwakarta dua periode dan Anggota DPR RI. "Gak apa-apa kita terima saja mau ngantor di mana saja yang penting hidup ini bermanfaat," ucapnya.

Selagi mengemasi barang-barang, Kang Dedi melihat salah satu lukisan tokoh bangsa, KH Hasyim Asy'ari, justru dibiarkan ditumpuk di luar gedung. Baginya hal tersebut sepatunya tak dilakukan lantaran semua harus menghormati tokoh bangsa.

"Ini orang kalau gak menghargai, gak ngerti sejarah, orang bilang mencintai NU, orang bilang jamaah NU, orang bilang membutuhkan NU, ya cuma butuh-butuh politik. Tapi yang asli itu mencintai NU juga mencintai KH Hasyim Asy'ari. Ini diletakkan di luar sembarangan saja harusnya gak boleh sembarangan di luar," ujarnya.

Dalam momen tersebut Kang Dedi juga memisahkan antara barang pribadinya dan milik pemda. Sejumlah barang milik pemda ia kembalikan dan tidak dibawa ke kantor baru.

Terlihat sejumlah lukisan tokoh bangsa seperti Soekarno, Soeharto, BJ Habibie dan istrinya Ainun, Buya Hamka, Jenderal M Yusuf dan lain sebagainya dikemas untuk dipindahkan. Termasuk lukisan bergambar keluarga Kang Dedi.

"Gedungnya titip, dirawat, jaga kebersihannya karena gedung ini punya jasa untuk Purwakarta. Banyak karya lahir dari gedung ini," ujar Kang Dedi kepada Yayan usai membereskan barang.

Kang Dedi Mulyadi kembali bercerita mengenai Gedung Kembar yang dulu dikenal kumuh dan tak terawat. Namun dua gedung yang berseberangan tersebut kemudian diubah olehnya menjadi kantor dan satu lagi museum yang diberi nama Bale Panyawangan Diorama Purwakarta.

Dari gedung tersebut kemudian lahir sejumlah gagasan dan program baru salah satunya adalah membuat berbagai museum yang kini diminati oleh masyarakat termasuk Taman Air Mancur Sri Baduga yang merupakan taman air mancur terbesar di Asia Tenggara.

Tak sampai di situ kini kawasan Jalan KK Singawinata tempat Gedung Kembar berdiri setiap hari ramai oleh aktivitas ekonomi masyarakat.

"Jadi dari Gedung Kembar itu lahir berbagai gagasan. Kemudian tumbuh kegiatan ekonomi baru. Keramain di sini lahir dari Gedung Kembar," pungkas Kang Dedi Mulyadi.