Peta Politik Golkar: Potensi Ridwan Kamil Maju di Pilgub DKI dan Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar

Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Berbagai Sumber

Bandung – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akhirnya menjadi kader Partai Golkar. Secara resmi, pria yang akrab disapa Kang Emil itu diperkenalkan ke publik oleh Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto pada Rabu (18/01/2023) kemarin.

Update Informasi Ancaman Gelombang Air Laut Wilayah Jawa Barat Hari Ini, Sabtu 18 Mei 2024

Pengamat politik Unpad, Firman Manan menilai, dengan bergabungnya Ridwan Kamil ke Partai Golkar akan menjadi tambahan kader potensial di Jawa Barat, selain mantan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Firman Manan juga berpendapat bahwa ada kemungkinan jika partai Golkar memberikan porsi Ridwan Kamil ke Pilgub DKI Jakarta dan Dedi Mulyadi ke Pilgub Jawa Barat.

Lantik Wahyu Mijaya Sebagai Pj Bupati Cirebon, Bey Machmudin Ingatkan Soal Netralitas Kepala Daerah

"Kang Emil (Ridwan Kamil) didorong ke (Pilgub) DKI Jakarta kemudian kans di Jabar masuk Kang Dedi Mulyadi. Tidak masalah jika skemanya seperti itu," kata Firman Manan seperti ditulis Viva Bandung, Kamis (19/01/2023).

Menurut Firman, Golkar tidak akan terpecah belah dengan hadirnya dua pentolan yang sama-sama memiliki pengalaman besar di bidang politik itu. Pasalnya, lanjut Firman, Golkar memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik dengan baik. 

Prakiraan Cuaca Wilayah Jawa Barat Hari Ini, Jumat 17 Mei 2024

Terbukti, meskipun kerap kali diterpa bermacam konflik, Golkar tetap menjadi partai yang signifikan. Hal itu bisa dilihat dengan lahirnya Gerindra, NasDem, dan Hanura yang notabene pecahan dari Golkar. 

"Perpecahan luar biasa, tapi tetap besar dan konflik secara internal bisa diselesaikan. Apalagi untuk level di Pilgub Jawa Barat, saya pikir Partai Golkar akan mengkalkulasi siapa kandidat yang betul-betul berpotensi untuk maju," ungkapnya.

Firman juga mengatakan, Golkar sangat diuntungkan dengan hadirnya sosok Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi. Mereka tinggal mempertimbangkan mana yang harus lebih diprioritaskan.

"Tinggal bagaimana mengkalkulasi, karena Golkar mempunyai kemampuan menyelesaikan konflik," ujar Firman.

"Tapi pada akhirnya akan berbicara soal disiplin organisasi. Kalau sudah diputuskan, itu akan selesai, tidak akan menjadi konflik yang berkepanjangan," tandasnya.

Sebagai informasi, sebelum Ridwan Kamil bergabung ke partai Golkar, ia lebih dulu bergabung dengan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin itu, yakni Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) bernama Kosgoro 1957.