Antraks Menyebar di Yogyakarta, Kemenkes Sebut karena Sapi Sakit Disembelih
Viva Bandung – Penyakit antraks saat ini menjadi sorotan karena memicu tiga warga meninggal dunia dan puluhan lainnya terinfeksi di daerah Gunungkidul, DIY. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan bahwa antraks mulai meluas dan mewabah karena hewan ternak yang mati disembelih.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menjelaskan bahwa kasus antraks yang terjadi di DIY sudah seharusnya diberi status Kejadian Luar Biasa (KLB) lantaran sudah ada laporan kematian. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
"Tetapi kembali lagi ini kewenangan dari daerah untuk bisa menyatakan KLB atau bukan," ungkap Direktur Imran Pambudi, dalam konferensi pers virtual Kemenkes, Kamis 6 Juli 2023.
Dia juga menjelaskan kronologi penyebaran antraks bahwa pada 18 Mei 2023, sapi yang sudah mati tetap disembelih. Daging itu lalu dibagikan tanpa curiga akan adanya penyakit yang mengintai hewan te rnak itu.
"Kasus kematian sapi pada 18 Mei, kemudian disembelih. Jadi sapinya ini sakit kemudian disembelih, dan dibagikan keluarga untuk dikonsumsi. Jadi ini yang menjadi salah satu penyebab penyebarannya,"
Selanjutnya, Kemenkes mencatat hewan yang mati disembelih kembali oleh warga. Kali ini seekor kambing dan dagingnya dibagikan kepada warga. Tidak lama kemudian, hewan ternak lainnya berupa sapi (milik SW) juga mati, namun tetap disembelih dan dibagikan dagingnya.
"Yang meninggal ini (Bapak WP) membantu menyembelih sapi Bapak SW tadi," tambahnya.
Selang beberapa lama, pria yang memiliki sapi yang disembelih tersebut mengalami sejumlah keluhan hingga harus dirawat di rumah sakit. Saat diperiksa melalui tes genom sekuensing ternyata hasil dari pasien adalah positif antraks. Hasil itu sama dengan tes genom sekuensing pada sampel tanah tempat penyembelihan sapi yang mati.
"Kemudian tanggal 1 Juni Bapak WP masuk rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Kemudian waktu diperiksa, ada sampelnya yaitu positif spora antraks dari sampel tanah tempat penyembelihan sapi tadi," ujar Imran.
Ketika masih dirawat di rumah sakit, pasien diberi status suspek antraks sambil dipantau oleh dokter. Namun pada 4 Juni 2023, pasien mengalami gejala berat hingga meninggal dunia.
"Kemudian tanggal 3 Juni ini yang sakit tadi dirujuk ke Sardjito pengambilan sampel darah dan didiagnosis bahwa dia itu suspek antraks. Kemudian tanggal 4 Juni, Bapak WP itu meninggal," imbuh Imran.