Genjot Partisipasi Politik Mahasiswa, Pengamat: Aspirasi Mahasiswa Digaransi Demokrasi

Seminar Nasional BEM Solo Raya
Sumber :
  • Istimewa

“Kampus harus lebih aksesebel memberikan penguatan pengetahuan politik terhadap mahasiswa. Apalagi, menjelang Pemilu Serentak 2024 besok, kampus dan mahasiswa lebih proaktif terutama untuk mencetak pemilih rasional-cerdas,” imbuh dia.

Profil Ustadz Untung Cahyono, Penceramah Viral Usai Bahas Politik Saat Sholat Ied

Aliansi BEM se Solo Raya, menurut Hanif, memiliki komitmen untuk memberikan literasi dan edukasi politik bagi mahasiswa se Solo Raya. Salah-satunya, dalam rangka untuk mengantisipasi dan menfilter praktik politik yang bersinggungan dengan isu SARA.

“Politik SARA tidak sekadar buruk dalam kosa-kata politik kita, tetapi praktik dan narasi SARA dalam Pemilu akan merusak keakraban dan harmonisasi warga negara. Ia akan memecah belah kerukunan publik. Itu yang kita tolak,” tegas Hanif.

JAN Apresiasi Polri Bongkar Perdagangan Orang Berkedok Magang Mahasiswa

Sementara itu, peneliti Indopublika Research and Consulting, Muchlas Samorano, menjelaskan, praktik elektoral menjelang Pemilu 2024 berpotensi mengulang kontestasi politik sebelum-sebelumnya. Sebagai konstituen, mahasiswa mesti hadir sebagai penyeimbang diskursus publik.

“Kanalisasi politik etik harus dimulai dari kampus. Mahasiswa, dan terutama jajaran elit civitas akademik, mesti menguatkan partisipasi politiknya di hampir semua proses politik. Demi menolak praktik SARA yang secara konstitusi haram, mahasiswa sangat boleh melakukan literasi politik apa saja, dan itu digaransi oleh demokrasi,” kata Muchlas.

Viral! Sepasang Mahasiswa Digrebek Warga Saat Berduaan di Kamar Kost, Ngakunya Lagi Nugas Bareng

“Mahasiswa, bagi saya, haram hukumnya melihat politik dari preferensi dan panorama SARA. Jangan mau dibikin rabun pada record dan program kandidat, lalu diganti dengan solidaritas populis atas dasar ras dan agama. Dalam kontestasi elektoral, kaidah-kaidah tersebut haram,” tutupnya.