Dr Djaja Ungkap Mirna Meninggal Bukan Karena Sianida, Begini Penjelasannya
- Viva.co.id
VIVA Bandung - Kasus kontroversi kopi sianida yang terjadi di awal tahun 2016 silam kembali menjadi sorotan publik. Kasus tersebut kembali viral lantaran buntut film dokumenter yang dirilis oleh Netflix dengan judul 'Ice Cold: Murder, Ice Coffee and Jessica Wongso.
Ada banyak sekali kejanggalan yang ditemukan oleh netizen pada film yang berdurasi 1,5 jam itu. Dan yang paling menarik ialah penemuan sianida di lambung Mirna Salihin dari sampel lambung yang diambil oleh forensik Polri.
Seperti diketahui di tahun 2016 pihak keluarga Mirna Salihin, terutama ayahnya Edi Darmawan menolak keras putrinya untuk diautopsi pihak kepolisian. Namun pihak keluarga hanya mengizinkan untuk mengambil sampel berupa isi lambung, darah, hati, dan urine dari tubuh Mirna.
Dari hasil pemeriksaan diketahui ditemukan adanya 0,2mg/liter sianida dari sample lambung Mirna. Terkait hal ini, ahli forensik, dr. Djaja Surya Atmadja yang sempat bersaksi di persidangan Jessica kala itu kembali angkat bicara.
Dalam podcast dr. Richard Lee 0,2mg/liter sianida yang ditemukan di lambung Mirna bisa saja merupakan hasil dari proses pembusukan tubuh Mirna.
"Yang diambil tadi darah, hati, isi lambung dan urin. Semuanya negatif sianda. Kecuali lambung ada positif sianida 0,2mg per liter. 0,2 itu kecil banget. Logikanya kalau ada sianida besar jadi kecil itu mungkin. Tapi kalau tidak ada jadi ada itukan tanda tanya. Bisa saja karena pembusukan, pembusukan bisa sebabkan adanya sianida walaupun kecil," ujarnya.
Djaja menjelaskan lebih lanjut jika sianida itu bisa membuat orang meninggal dunia ketika masuk ke dalam darah, bukan lambung.
"Dari lambung ke masuk darah kita tau pembuluh darah masuknya ke hati. Nah di hati, tubuh kita punya mekanisme detoksifikasi. Dirubah CN- (sianida) ditambah S (tiosianad) dalam tubuh kita menjadi CNS itu tiosianad. Maka salah satu tanda bahwa dia kemasukan sianida adalah ada tiosianad dalam hati, darah dan urin. Kalau diperiksa di liur ada, nah itu tidak ada," jelas dr. Djaja.
Lebih lanjut, kadar sianida yang bisa membuat seseorang meninggal adalah sebesar 150 hingga 250mg. Jikalau diambil contoh 150mg siandia yang masuk dalam tubuh, maka seharusnya sianida itu masih bisa ada di dalam tubuh Mirna bahkan 2 jam setelah dirinya dinyatakan meninggal dunia di RS Abdi Waluyo, Jakarta.
Namun lagi-lagi sianida itu tidak ditemukan di sample darah hingga hati Mirna.
"Kalau masuk 150 mg masuk lambung, kalau lambung isi air 1 liter 150mg per liter itu pasti masih ada 2 jam setelah meninggal. Kalau pun berkurang kurang dari 150 kalau kurang dari itu di darah, di urin di hati ketemu. Dari segi forensik enggak mungkin sianida," ujarnya.