Profil Agama Edi Darmawan Salihin Pengusaha Senjata Hingga Garmen Kini Biodata Jadi Petani di Bogor
- VIVA.co.id
VIVA Bandung – Edi Darmawan Salihin merupakan pemilik PT Fajar Indah Cakra Cemerlang.
Perusahaan ini bergerak di bidang jasa layanan pengiriman barang atau paket ke seluruh wilayah Indonesia.PT Fajar Indah Cakra Cemerlang berkantor di Jakarta Pusat.
Selain dari usaha di bidang jasa ekpedisi itu, disebut Edi Darmawan juga terlibat dalam usaha garmen.Perusahaan garmen yang dikelola Edi ini berada di Cengkareng, Banten.
Edi Darmawan Salihin adalah ayah Wayan Mirna Salihin yang merupakan korban tewas dalam kasus Kopi Sianida.
Edi Darmawan Salihin mengaku bahwa dahulu ia merupakan seorang pengusaha senjata yang memiliki kedekatan dengan petinggi Polri. Namun kini dia sudah pensiun.
Melalui usaha yang berhubungan dengan suplai senjata tersebut, tak heran jika Edi Darmawan Salihin disebut-sebut sebagai orang penting hingga mengenal banyak polisi, mulai dari Krishna Murti, Ferdy Sambo, hingga Tito Karnavian.
"Sejak kasus Mirna saya memang kenal beberapa polisi. Lha gimana sih? Orang saya semua yang ngurus, orang densus, nembak-nembak begitu, gimana nggak kenal," kata Edi dalam YouTube Karni Ilyas Club, dikutip Viva Bandung, 12 Oktober 2023.
Edi mengungkap saat itu dirinya bekerja sebagai penyuplai Badan Pembekalan (Babek) ABRI. Kendati demikian, saat ini Edi sudah pensiun dan memilih bekerja sebagai petani cabai di wilayah Pamijahan, Kabupaten Bogor.
"Saya waktu itu (suplai senjata ke) Angkatan Darat. Babek (Badan Pembekalan) ABRI, sama temen dulu (kerja sama). Bayarannya tahu sendirikan," ungkap Edi
“Sekarang udah pensiun, udah tua. (coba mampir) ke Bogor daerah Pamijahan, Cemplang, (saya) nanem cabe udah panen dua kali. lumayan buat hidup,” sambungnya.
Selain cabai, Edi juga mengaku memiliki tanah di wilayah Bitung yang saat ini digunakan sebagai perkebunan singkong. "Tanah di Bitung, buat ngumpulin singkong dari Lampung, semua dari Sumatera turun ke bos saya Haji Tabroni dia kirim ke Merak, deket kan sama pelabuhan Merak saya punya tanah," katanya.
"Itu kita jual ke orang Korea. Saya enggak ikut ekspor, karena ekspor sekali gagal, ditolak. Nah kalau melalui Korea ini dibayar terus, biarin lah, untuk dikit, enggak apa-apa," sambungnya
Nasib kurang beruntung kini tengah dialami Edi, dia bahkan sampai harus menjual aset propertinya untuk keperluan makan sehari-hari. “Waktu jaya-jayanya properti saya banyak. (Sekarang) dijualin buat makan hidup. santai aja," kata Edi sambil tertawa.