Kasus Pencabulan Santriwati Oleh Guru Mencuat, Ini Kata Tokoh Jabar
- Istimewa
BANDUNG - Kasus pencabulan santriwati di Katapang, Kabupaten Bandung Jawa Barat diusut kepolisian dan menjadi sorotan publik. Sesepuh Jawa Barat Mochamad Iriawan angkat bicara. Menurut pria yang akrab disapa Iwan Bule ini, harus ada langkah - langkah konkret agar kejadian semacam ini tidak terulang lagi.
Di antaranya kata Iwan, adalah dengan sosialisasi sejak dini terkait bagian-bagian apa saja yang boleh disentuh. Meski ada sebuah lagu tentang hal tersebut dan sudah banyak disosialisasikan di tingkatan pendidikan usia dini dan TK hingga SD, namun belum mencakup ke seluruhan.
"Ku Jaga Diriku kalau tidak salah lagunya, melalui lagu ini sejak dini anak-anak baik laki-laki dan perempuan diajak paham bagaimana bagian yang boleh disentuh atau tidak. Hanya saja lagu ini baru banyak ada di wilayah perkotaan," kata Mantan Pjs Gubernur Jabar itu dalam keterangannya, Rabu 17 Agustus 2022.
Padahal kata Iwan dengan pendidikan yang dianggap sepele, bisa membentuk kepribadian dan pendirian dari para calon santri maupun santriwati tersebut. Terutama terkait bagian tubuhnya yang boleh disentuh dan yang tidak boleh. Hal lain yang harus dilakukan kata Iwan, adalah pesantren-pesantren seharusnya memilah guru-gurunya berdasarkan gendernya untuk mengajar. "Jadi sebisa mungkin santriwati belajar ke ustadzah, dan santri ke ustadz," katanya.
Namun jika tidak memungkinkan, kata dia, ada jarak saat mengajar dari ustadz laki - laki ke santriwatinya. "Misalnya diambil jarak sekitar 20-35 meter, cara mengakalinya pun mudah, tinggal gunakan microphone saja," kata alumni SMAN 5 Bandung tersebut.
Iwan juga mengingatkan peran pemerintah di sini sangat penting terkait pesantren ini. Meski pesantren biasanya di bawah Kemenag, namun dinas lain harus ikut memantau cara belajar mengajar di ponpes tersebut. "Semisal dari DP3AKB atau P2TP2A, termasuk unit PPA di tingkatan polres atau polda. Tergantung sebesar apa dan sebanyak apa jumlah santri maupun santriwatinya," kata Ketua PSSI tersebut.
Sebagai seorang Nahdliyin, Iwan juga berpesan, kepada penduduk Jawa Barat agar memasukan pesantren yang memiliki sanad yang jelas. "Jadi nyambung guru-gurunya hingga ke Nabi Muhammad SAW," katanya.
Di sisi lain lanjut Iwan jika pencabulan ini sudah terjadi maka yang perlu dilakukan adalah perlindungan terhadap saksi-saksi yang ada. Ini karena bukan tidak mungkin, ada intervensi dari pelaku pencabulan karena seolah-olah memiliki kuasa karena mengajar di ponpes yang terlibat.
"Ini banyak terjadi, keluarga santri maupun santriwati yang jadi korban diiming-imingi sesuatu agar bungkam. Bahkan ada juga yang diancam oleh pihak ponpes karena berusaha menceritakan kejadian pencabulan tersebut," katanya.
Oleh karena itu, mantan Kapolda Jabar dan Kapolda Metro Jaya ini pun berharap, kejadian ini jangan sampai terjadi lagi. Jangan sampai karena banyak kejadian semacam ini, para orang tua malas untuk menyekolahkan anaknya ke pesantren.
"Berapa banyak para founding fathers kita yang merupakan lulusan pesantren. Semisal Gus Dur, Buya Hamka, KH Agus Salim dan masih banyak lainnya, negara ini bisa seperti sekarang adalah atas jasa-jasa mereka," katanya. (bdg)