Kasus HIV/AIDS di Jabar Disorot, Ini Kata Tokoh
- Adi Suparman
BANDUNG - Penularan virus HIV yang masif di wilayah Jawa Barat tidak serta merta diakibatkan dari seks bebas semata. Penularan melalui jarum suntik penggunaan narkoba diduga menjadi penyebab utama merebaknya virus tersebut.
Tokoh Jawa Barat, Komjen (purn) Mochamad Iriawan menilai, pencegahan HIV/AIDS harus dicegah dari paling rendah yaitu keluarga. Sebenarnya kata Iwan ada program Pemerintah Jawa Barat yang tercantum dalam Perda No 9 Tahun 2013 tentang Ketahanan Keluarga.
"Di sini perlu digarisbawahi bahwa keluarga tak hanya harus mendidik anak dalam masalah yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajari di sekolah saja. Namun juga terkait hal lain yang tak kalah penting, semisal pendidikan berkarakter dan ilmu agama," ujar Iriawan dalam keterangannya, Rabu 31 Agustus 2022.
Jika si anak telah paham tentang ilmu adab dan ilmu agama, menurutnya, maka untuk mendekati hal yang membahayakan dirinya, seperti seks bebas atau narkoba yang jadi cikal bakal HIV/AIDS bisa dicegah atas dasar nilai-nilai iman dan adab yang diajarkan.
"Perlindungan anak secara intensif pun lanjut Iwan harus dilakukan sejak dini. Kasus HIV/AIDS juga bisa terjadi akibat hubungan sesama jenis dari para anak yang sebelumnya pernah menjadi korban asusila," ujar tokoh yang akrab disapa Iwan Bule ini.
Berdasarkan data, lanjut mantan PJ Gubernur Jabar ini, mereka yang sempat jadi korban 'sodomi' anak, ketika besar tidak sedikit menjadi pelaku pula. Sehingga perlu perhatian khusus dari dinas terkait. "Di Jawa Barat kita kenal ada DP3AKB dan P2TP2A yang menangani masalah ini. Kinerja dinas dan lembaga ini harus kita acungi jempol namun juga harus kita bantu dukung pula dalam membantu proses pendampingan para korban asusila," katanya.
Tujuannya kata Iwan, agar para korban ini nantinya tidak memiliki perilaku seks menyimpang tadi. "Selain memberi semangat secara psikis dan pendidikan agama pula untuk mendukungnya," katanya.
Sedangkan mereka yang sudah terkena HIV kata Iwan untuk tahap awal memang ada metode untuk menekan penyebarannya, yaitu melalui penggunaan obat Antiretroviral (ARV). ARV ini bisa didapat dengan mudah di Puskesmas dan gratis.
"Saya juga berterima kasih kepada Kementrian Kesehatan yang menyediakan obat ini secara gratis. Hanya saja jika tidak rutin meminumnya maka dikhawatirkan virusnya menyebar dan sulit dikendalikan," katanya.
Akibatnya kata mantan Kapolda Jabar ini penderita harus mengkonsumsi obat impor dengan biaya puluhan juta per bulannya. Namun sebagai seorang Nahdliyin, Iwan juga mengaku metode pendukung pencegahan penyebaran pada tubuh penderita HIV ini bisa juga dengan cara yang ada di Pesantren Abah Anom di Tasikmalaya.
Melalui metode Thariqah Qodiriah Naqsabandiyah (TQN) para penderita HIV bisa memiliki harapan hidup lebih lama. Jadi selain mendapat harapan hidup lebih mereka juga dipastikan mendapatkan pendidikan agama yang baik. "Ini pun berlaku bagi pecandu narkoba yang susah berhenti. Apalagi jarum suntik narkoba adalah salah satu cara penyebaran tercepat virus HIV ini," katanya. (rls)