Insiden Maut Kanjuruhan Bikin Trauma Komentator Ini Hingga Resign

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Sumber :
  • Foto AP/Yudha Prabowo

 

Wahyudi Hamisi Akhirnya Minta Maaf Usai Tendang Kepala Pemain Persebaya Bruno Moreira

BANDUNG - Tragedi Stadion Kanjuruhan pada Sabtu 1 Oktober 2022 yang menewaskan ratusan korban jiwa rupanya meninggalkan trauma mendalam bagi komentator Sepakbola, Valentino Simanjuntak. Dimana sehari sesudah laga mengerikan itu, ia  mengakhiri profesinya sebagai komentator sepakbola.

"Kejadian ini membuat saya seakan berbohong dengan apa yang biasa saya kampanyekan bahwa sepakbola itu indah, ramah untuk keluarga. Namun ternyata kondisinya berbeda 100 persen saat ini. 

Jadi Korban Persiapan Piala Dunia U-17, Persebaya Geram

Dengan tragedi yang menewaskan ibu, anak bahkan hingga ratusan korban jiwa," ungkap lelaki yang akrab disapa bung Jebret di tayangan akun youtube Deddy Corbuzier.

Meskipun banyak kerabat dan rekan memotivasinya untuk bangkit dan sama-sama kembali membangun atmosfer kehidupan suporter. Namun Jebret mengaku tragedi itu membuatnya prustasi dengan persepakbolaan Indonesia.

Arema FC Minta Maaf atas Kejadian Suporter yang Memasuki Markas Persik Kediri

Terlebih tragedi besar itu terjadi disaat meningkatnya animo keluarga ( anak dan ibu-ibu) untuk menikmati  pertandingan sepakbola ke stadion. 

Komentator Sepakbola, Valentino Simanjuntak

Photo :
  • Istimewa

Bayangan massa yang berdesak-desakan, terinjak, sesak dan menghindari gas air mata kerap menjadi rasa bersalahnya sejauh ini. Sehingga ia mengaku pesimis terhadap nasib persepakbolaan tanah air.

"Bila ada anggapan trauma ini akan sembuh dan terlupakan seiring waktu. Justru inilah momentum saya untuk berhenti dari profesi yang berkaitan dengan dunia sepakbola Indonesia. Dan bersikap 'Menolak Lupa'," tambahnya.

Seperti diketahui, melayangnya ratusan jiwa dalam tragedi tersebut tak lepas dari aksi kericuhan suporter Aremania yang nekat masuk ke lapangan usai pertandingan. Mereka kesal karena tim yang dibelanya (Aremania) kalah tipis 2-3 dari Persebaya.

Kericuhan yang disulut kekesalan suporter itu memicu pertikaian dengan aparat kepolisian yang berusaha meredam kekacauan. Hingga gas air mata pun dilontarkan pihak kepolisian ke kubu suporter di area lapangan dan tribun.

Hal tersebut semakin memperparah kejadian, sehingga banyak dari Aremania yang terluka, pingsan, terinjak dan meninggal dunia. (hru)