Menghitung Hari untuk Fenomena Hujan Meteor Langka

Ilustrasi hujan meteor
Sumber :
  • Pixabay / DivineLeaders

BANDUNG – Minggu ini akan ada Hujan Meteor Leonid merupakan pertunjukan meteor di mana dua dekade lalu fenomena ini membawa kegembiraan besar bagi pengamat langit di seluruh dunia.

Ini akan menjadi tahun yang menguntungkan untuk mencari meteor-meteor ini karena bulan akan membentuk fase sabit. Seharusnya ini tidak terlalu menghalangi bagi pengamat meteor yang mencari meteor-meteor ultracepat karena datang dari anak panah Sabit Leo.

Sebagaimana dilansir dari situs Space, Senin, 14 November 2022, meteor Leonid adalah puing-puing yang ditumpahkan ke luar angkasa oleh komet Tempel-Tuttle yang berayun melalui tata surya bagian dalam dengan interval 33,25 tahun.

Dengan setiap kunjungan komet meninggalkan jejak debu di belakangnya, banyak jejak debu komet akan mengotori planet kita di pertengahan November dan meluncur melalui zona puing ini setiap tahun.

Kadang-kadang kita akan langsung melewati jejak debu yang terkonsentrasi secara tidak biasa, atau filamen, yang dapat memicu badai meteor di mana itu menghasilkan ribuan meteor per jam.

Itulah yang terjadi pada tahun 1999, 2001, dan 2002. Sejak Tempel-Tuttle melewati Matahari pada tahun 1998, pada tahun-tahun itu segera setelah perjalanannya, Leonid menampilkan pertunjukan terbaik mereka bagi warga Bumi.

Sejak itu, komet —dan jejak debunya yang padat— terlempar jauh melampaui orbit Bumi dan kembali ke wilayah terluar tata surya. Tempel-Tuttle tiba di ujung jalur elipsnya di dekat orbit Uranus pada tahun 2014. Akibatnya, aktivitas Leonid agak jarang dalam beberapa tahun terakhir.

Sejak itu komet telah berbalik dan sekarang perlahan mendekati tata surya bagian dalam, meskipun masih sangat jauh. Diperkirakan akan paling dekat dengan Matahari pada tahun 2031.

Jadi, kemungkinan besar tahun ini hanya ada sedikit aktivitas meteor yang tidak biasa. Debu dari Tempel-Tuttle mengilap di langit selama beberapa malam setiap tahun pada pertengahan November dan tahun ini, puncaknya terjadi pada 18 November selama satu jam.

Namun dua ilmuwan meteor terkemuka mengatakan fenomena akan menjadi tidak lazim. Para ilmuwan ini telah menghasilkan berbagai model aliran Leonid dan semuanya menunjukkan bahwa Bumi akan menghasilkan beberapa 'sungai puing' yang ditinggalkan oleh komet Tempel-Tuttle.

Ahli meteor Margaret Campbell-Brown dan Peter Brown, menunjukkan bahwa aktivitas puncak tahun ini akan terjadi pada pukul 19:00 EST.

Prakiraan waktu ini tepat ketika Bumi akan melintas paling dekat dengan orbit komet yang telah lama pergi dan ketika planet kita kemungkinan besar akan bertemu dengan beberapa material sisa komet.

Waktu ini sangat menguntungkan bagi mereka yang berada di Eropa tengah dan barat serta Asia Barat. Namun sebaliknya, bagi pengamat Amerika Utara, Leo masih akan berada di bawah cakrawala, mereka harus menunggu sampai lewat tengah malam untuk melihat pemandangan Leonid.

Di Indonesia sendiri rasi Leo baru akan terbit tengah malam pada 18 November pukul 01:19 WIB. Bulan setengah yang terbit tengah malam akan menerangi langit malam dan jadi faktor yang menyulitkan pengamat untuk menemukan meteor.(dra)